Ada Menantu Megawati dan Arsjad Rasjid di Balik IPO RATU
Anak usaha PT Rukun Raharja Tbk (RAJA), yakni PT Raharja Energi Cepu (RATU), akan segera mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI). Di jajaran pemegang saham perusahaan energi ini terdapat sejumlah nama pengusaha kawakan, seperti Happy Hapsoro yang merupakan menantu Megawati Soekarnoputri dan Bos PT Indika Energy Tbk (INDY) Arsjad Rasjid.
Dalam penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) ini, RATU mematok harga penawaran sahamnya Rp 1.150 per lembar. Nilai tersebut merupakan nilai batas atas dari harga bookbuilding di rentang Rp 900 - Rp 1.150.
Emiten energi itu dijadwalkan untuk melantai di BEI pada 8 Januari 2025. Berdasarkan prospektus yang diterbitkan perusahaan, Raharja Energi Cepu akan melepas maksimal 543,01 juta lembar saham atau sebanyak 20% dari modal disetor dan ditempatkan pasca IPO.
Dari aksi korporasi ini, perusahaan berpotensi meraup dana segar Rp 405,90 miliar. PT Henan Putihrai Sekuritas dan PT Sucor Sekuritas bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi efek dalam penawaran saham perdana perusahaan.
Menantu Megawati dan Arsjad Rasjid di Jajaran Pemegang Saham RATU
Berdasarkan prospektus perusahaan, RATU merupakan anak usaha PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) dengan kepemilikan 99,99%. Sisanya, sebanyak 0,004% saham digenggam oleh PT Rukun Prima Sarana milik RAJA dan Djauhar Maulidi.
RAJA merupakan emiten milik menantu Megawati, yakni Hapsoro Sukmonohadi alias Happy Hapsoro, yang menjadi pemegang saham pengendali di RAJA. Happy Hapsoro merupakan suami Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI sekaligus Ketua Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Puan Maharani. Puan merupakan putri dari Presiden RI ke-5 Megawati Soekarnoputri.
Saat ini RAJA dipimpin oleh Djauhar Maulidi sebagai sebagai Direktur Utama sedangkan Arsjad Rasjid menempati posisi Komisaris.
Berdasarkan komposisi pemegang saham, Sentosa Bersama Mitra menggenggam saham RAJA sebesar 1,48 miliar saham atau 35,23%, Hapsoro menggenggam 1,20 miliar atau 28,51%, PT Basis Utama Prima 503,17 juta atau 11,90%, dan masyaraiat menggenggam 1,02 miliar atau 24,36%.
Arsjad ikut memiliki RATU secara tidak langsung melalui Basis Utama Prima. Ia menjadi pemilik 0,1% saham RAJA. Sedangkan 99,99% saham Basis Utama Prima adalah milik Hapsoro.
Rencana Ekspansi RATU Setelah IPO
Seluruh dana hasil IPO setelah dikurangi biaya-biaya emisi akan dipinjamkan kepada anak perusahaan, PT Raharja Energi Tanjung Jabung, untuk memenuhi kewajiban pembayaran cash call dari PetroChina International Jabung Ltd. terkait pengelolaan Blok Jabung sebesar Rp 157,36 miliar untuk. Jumlah kebutuhan dana untuk cash call ini sekitar US$ 10 juta atau setara dengan Rp 159,42 miliar sehingga terdapat kekurangan sekitar Rp 2,05 miliar yang akan ditutup dengan dana dari kas internal Perseroan.
Apabila dana tersebut dikembalikan kepada perseroan, dana itu akan digunakan untuk pengembangan usaha, khususnya studi kelayakan pada blok-blok migas, yaitu wilayah perizinan pemerintah untuk eksplorasi, pengembangan, dan produksi minyak dan gas bumi.
RATU juga berencana menggunakan Rp 34,96 miliar dana hasil IPO untuk dipinjamkan kepada perusahaan asosiasi, yaitu PT Petrogas Jatim Utama Cendana. Dana itu akan digunakan oleh Petrogas untuk mendukung kegiatan operasional melalui pemenuhan kewajiban pembayaran cash call dari ExxonMobil Cepu Ltd.
Lalu, perusahaan akan menggunakan sisa dana IPO untuk modal kerja, termasuk remunerasi karyawan, pengurus, dan pengawas (Direksi dan Dewan Komisaris RATU), serta biaya operasional perseroan.
Hasil penjualan saham divestasi yang ditawarkan oleh pemegang saham penjual sebanyak 352.957.000 saham biasa atas nama RAJA dalam IPO ini, setelah dikurangi biaya emisi dan biaya lainnya, sepenuhnya akan diberikan kepada pemegang saham penjual.
Perseroan tidak akan menerima bagian dari hasil penjualan saham divestasi tersebut. Demi menarik minat investor, setelah IPO dimulai pada tahun buku 30 Juni 2024 dan seterusnya, manajemen perseroan berencana untuk membayarkan dividen tunai kepada pemegang saham dengan jumlah maksimal 60% dari laba bersih tahun berjalan perseroan.