BEI Ungkap Bocoran Terkait IPO BUMN
Bursa Efek Indonesia (BEI) membocorkan soal kabar pencatatan saham perdana atau initial public offering (IPO) perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Bursa Efek Indonesia (BEI).
“Lagi proses ya," singkat I Gede Nyoman Yetna, Direktur Penilaian dan Pengembangan BEI di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (9/1).
Nyoman sebelumnya juga mengungkapkan ada tiga perusahaan mercusuar atau lighthouse company baru yang akan mencatatkan sahamnya dalam penawaran umum perdana saham melalui IPO tahun depan.
Lighthouse company merupakan perusahaan mercusuar yang ditargetkan bursa setiap tahun. Perusahaan tersebut memiliki dua karakteristik, yaitu minimum kapitalisasi pasar sebesar Rp 3 triliun dan realisasi free float minimal 15%.
Ia menyebut tiga calon emiten beraset jumbo itu berasal dari sektor bahan baku, energi, dan kesehatan.
“Prosesnya di 2024, tetapi karena kelengkapan laporan keuangan dan dokumen membuat calon emiten itu masuk di 2025,” kata Nyoman kepada wartawan di Gedung BEI, Jakarta, Senin (30/12) lalu.
BEI Harap BUMN Bisa IPO di Pemerintahan Baru Prabowo
Sebelumnya BEI berharap agar lebih banyak perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan anak usahanya dapat melantai di bursa melalui penawaran umum perdana saham (IPO).
Direktur Utama BEI, Iman Rachman, menyampaikan harapannya bahwa di bawah pemerintahan baru Presiden Terpilih Prabowo Subianto, program IPO BUMN dapat terus berlanjut.
Ia juga berharap Menteri dan Wakil Menteri BUMN yang akan menjabat nantinya dapat mendukung keberlanjutan program-program ini, sehingga semakin banyak perusahaan BUMN yang bisa masuk ke pasar modal dan berkontribusi pada pengembangan ekonomi nasional.
“Kami harap di pemerintahan baru akan ada tambahan perusahaan, terutama yang size besar,” kata Iman di press room Bursa Efek Indonesia, Kamis (17/10).
Adapun otoritas BEI membeberkan total terdapat 22 perusahaan dalam antrean atau pipeline pencatatan saham BEI. Klasifikasi aset perusahaan merujuk pada POJK Nomor 53/POJK.04/2017.
Berdasarkan data BEI, terdapat satu perusahaan skala kecil atau aset di bawah Rp 50 miliar yang masuk dalam pipeline. Kemudian dua perusahaan dalam pipeline tergolong skala menengah dengan aset antara Rp 50 miliar sampai dengan Rp 250 miliar. Lalu 19 perusahaan aset skala besar atau aset diatas Rp 250 miliar.
Berikut jumlah emiten yang tengah mengantre IPO berdasarkan sektornya:
- 3 perusahaan dari sektor material dasar
- 1 perusahaan dari sektor konsumer siklikal
- 5 perusahaan dari sektor konsumer non siklikal
- 3 perusahaan dari sektor energi
- 2 perusahaan dari sektor finansial
- 3 perusahaan dari sektor kesehatan
- 3 perusahaan dari sektor industri
- 0 perusahaan dari sektor infrastruktur
- 2 perusahaan dari sektor properti dan real estate
- 0 perusahaan dari sektor teknologi
- 0 perusahaan dari sektor transportasi dan logistik