Anindya Bocorkan Rencana Terbaru Grup Bakrie, Saham VKTR dan ENRG Terdampak?

Ringkasan
- Anindya Bakrie, Ketua Umum Kadin dan pemimpin Grup Bakrie, mempertimbangkan strategi _buyback_ saham perusahaan Grup Bakrie yang tercatat di BEI. _Buyback_ ini dipertimbangkan setelah diskusi dengan BEI dan OJK terkait stabilitas pasar modal.
- Anindya menilai _buyback_ saham perusahaan yang saat ini berada di bawah nilai wajar sebagai peluang, namun tetap menekankan pentingnya analisis teknikal dan fundamental perusahaan. Manfaat _buyback_ disebut dapat memperkuat valuasi perusahaan dan membangun sentimen positif di pasar.
- Keputusan _buyback_ masih dalam tahap diskusi internal perusahaan Grup Bakrie. Saham beberapa perusahaan Grup Bakrie seperti BNBR, VKTR, dan ENRG tercatat mengalami penurunan dalam sepekan terakhir.

Pengusaha yang kini menjabat sebagai Ketua Umum Kadin Indonesia, Anindya Novyan Bakrie atau Anindya Bakrie mengungkap sejumlah strategi yang akan dilakukan Grup Bakrie di bursa efek Indonesia. Anindya merupakan putra pengusaha Aburizal Bakrie yang kini memimpin sejumlah perusahaan jaringan Grup Bakrie.
Sebagai salah satu pengusaha Tanah Air, Anindya dipercaya mengurus sejumlah perusahaan keluarga Bakrie yang juga tercatat sebagai perusahaan terbuka di BEI. Ia tercatat menjabat sebagai Direktur Utama PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR), dan sebagai Komisaris Utama di PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk (VKTR). Tak hanya itu, nama Anindya juga tercatat sebagai sebagai Komisaris Utama.
Selain BNBR dan VKTR, sejumlah perusahaan terbuka juga tercatat berada dalam naungan Grup Bakrie. Di antaranya adalah PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG), PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dan Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS).
Bos Bakrie & Brothers itu mengungkapkan saat ini Grup Bakrie tengah mengkaji untuk melakukan buyback atau pembelian kembali sejumlah saham perusahaan yang dilepas ke publik. Rencana buyback ini seiring dengan hasil diskusi yang mengemuka dalam pertemuan antara sejumlah konglomerat dengan Bursa Efek Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan berkaitan dengan stabilitas pasar modal Tanah Air yang digelar Senin (3/3).
Anin mengatakan saat ini harga saham sejumlah emiten berada di bawah nilai wajar dan dinilai menjadi peluang menarik. Namun, ia menekankan bahwa keputusan buyback harus tetap mempertimbangkan analisis teknikal serta fundamental perusahaan agar sejalan dengan strategi jangka panjang.
“Jadi kita melihat bagaimana untuk asset allocation-nya, kita akan pertimbangkan (buyback),” kata pria yang akrab disapa Anin itu ketika ditemui di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (3/3).
Lebih lanjut, Anin menilai buyback memiliki potensi besar tidak hanya dalam membangun sentimen positif di pasar, tetapi juga memberikan manfaat bagi perusahaan dalam jangka panjang. Menurut Anin, apabila perusahaan dapat membeli saham di harga rendah dan nilainya tiba-tiba naik hal itu akan memperkuat valuasi perusahaan dari sisi transaksi saham.
Ia juga berharap buyback dapat dilakukan secara fleksibel tanpa harus bergantung pada persetujuan RUPS. Sehingga perusahaan dapat bergerak lebih agile dalam menghadapi dinamika pasar.
“Dan dengan adanya suatu support di pasar modal, tentunya bisa membuat kembali lagi investor lokal, retail terutama, dan juga benar-benar nantinya investor luar negeri bisa menjadi percaya,” tambah Anin.
Terkait perusahaan yang mana yang akan melakukan buyback, ia masih akan diskusi dengan perusahaan terkait. “Ada, kami mau diskusi dulu (rencana buyback),” ujarnya.
Di sisi lain, saham BNBR terpantau stagnan di level Rp 32 pada perdagangan saham Selasa (4/3) sore. Dalam seminggu terakhir sahamnya tergelincir hingga 11,11%. Kemudian saham VKTR terpantau tergelincir 9,47% ke level Rp 86, dan anjlok hingga 18,87% dalam seminggu terakhir. Terakhir, ENRG juga anjlok 7,10% ke level Rp 170 dan terperosok 12,82% dalam seminggu.