GOTO Habiskan Rp 1,7 Triliun untuk Buyback 25,9 Miliar Saham


Emiten teknologi PT Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) melakukan pembelian kembali atau buyback saham sebanyak 25,9 miliar saham. Nilai aksi korporasi ini mencapai US$ 99 juta atau setara Rp 1,7 triliun.
“Hingga 31 Maret 2025, perseroan telah melakukan pembelian kembali sebanyak 25,9 miliar saham,” demikian tertulis dalam keterangan resmi manajemen pada Selasa (29/4).
Pemegang saham GOTO pada Juni 2024 telah menyetujui program pembelian kembali saham selama 12 bulan dengan nilai maksimum hingga US$ 200 juta
Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menerbitkan kebijakan pembelian kembali saham atau buyback tanpa melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) bagi perusahaan terbuka. Kebijakan ini dibuat sebagai respons terhadap tekanan di pasar saham, yang tercermin dari anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada awal April 2025.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi menyatakan aturan terbaru ini bertujuan meningkatkan kepercayaan investor serta meredam tekanan di pasar modal.
Kinerja GOTO Kuartal I 2025
Sepanjang kuartal I 2025, GOTO mencatatkan rugi periode berjalan mencapai Rp 366,59 miliar. Namun, kerugian GOTO ini susut 61% yoy dibandingkan periode yang sama pada 2024sebesar Rp 937,10 miliar.
Adapun rugi yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk tercatat Rp 283,32 miliar, turun 67,1% dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 861,91 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan GOTO yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia, sepanjang Januari-Maret 2025, perusahaan sektor teknologi ini membukukan pendapatan Rp 4,23 triliun. Pendapatan naik 4% yoy dibandingkan periode yang sama tahun 2024 yakni Rp 4,07 triliun.
Di sisi lain, GOTO mencatat pertumbuhan Gross Transaction Value (GTV) inti sebesar 54% secara tahunan (yoy) menjadi Rp 83,2 triliun. GOTO juga mencatatkan EBITDA yang disesuaikan Rp 393 miliar, berbalik arah dari rugi Rp 101 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Unit bisnis Financial Technology turut mencetak kinerja positif dengan rekor EBITDA yang disesuaikan sebesar Rp 47 miliar. Hal itu didorong oleh pertumbuhan pendapatan bersih yang melonjak 90% secara tahunan berkat ekspansi portofolio pinjaman yang berkelanjutan. Layanan On-Demand Services juga mencatat rekor EBITDA yang disesuaikan sebesar Rp 314 miliar.