Ekonomi Melemah, Cek Prospek dan Rekomendasi Saham Retail AMRT, HERO, dan LPPF

Karunia Putri
6 Mei 2025, 06:15
Saham
ANTARA FOTO/M Ibnu Chazar/pras.
Pengunjung memilah produk UMKM saat pameran produk UMKM kolaborasi Pentahelix di salah satu pasar retail modern, Karawang, Jawa Barat, Sabtu (12/2/2022).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Sejumlah analis memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih menghadapi tantangan akibat penurunan daya beli, menyusutnya jumlah populasi kelas menengah, dan melemahnya produktivitas sektoral secara persisten. Hal tersebut dibuktikan dari anjloknya laba dari berbagai emiten sektor retail. 

Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2025 hanya 4,87%. Pertumbuhan ekonomi ini melambat dibandingkan kuartal I 2024 yang mencapai 5,11%.

Analis Mirae Asset, Nafan Aji menyoroti fenomena tersebut dari sisi konsumsi rumah tangga yang belum menunjukkan pemulihan yang solid. Hal tersebut diakibatkan oleh sejumlah faktor global dan domestik yang menjadi penghambat laju ekonomi nasional.

“Sejak pandemi covid-19, kelas menengah Indonesia mengalami tekanan. Tren ini belum sepenuhnya pulih hingga hari ini. Jika kebijakan tarif tinggi seperti US Reciprocal Tarif benar-benar diterapkan secara luas, bukan tidak mungkin kelas atas pun turut tertekan,” ujar Nafan saat dihubungi Katadata.co.id dikutip Senin (5/5).

Dalam proyeksi terbaru Dana Moneter Internasional (IMF), pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 dan 2026 diperkirakan stagnan di angka 4,7%. Menurut Nafan, kondisi ini tercermin dari sejumlah indikator ekonomi domestik. Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) dan Indeks Penjualan Ritel (RSI) memang masih berada di zona optimis. 

Nafan mengatakan saat ini IKK berada di angka 100 dan RSI berada di angka 200. Meski begitu, tren pergerakannya menunjukkan perlambatan. Dengan begitu masyarakat mulai menahan belanja, yang berimbas langsung pada pertumbuhan konsumsi dalam negeri.

Berdasarkan analisa Nafan di tengah gejolak ekonomi tersebut emiten retail masih mungkin melanjutkan kinerja positif sepanjang memperhatikan sejumlah hal fundamental. Hal itu membuat saham-saham sektor retail masih menarik untuk diperhatikan. 

Prospek Saham Emiten Retail LPPF, AMRT dan HERO

Nafan menjelaskan saham PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) yang sedang rebound. Ia menempatkan saham LPPF pada area accumulative buy atau beli bertahap, terutama di kisaran harga Rp 1.755–1.835. 

Nafan menganalisa, saham LPPF berhasil mengalami rebound atau pemantulan harga dari garis rata-rata pergerakan (MA200) dan batas bawah pola sudut yang terputus (disjoint angle). Sinyal indikator Stochastic K dan D juga menunjukkan tren positif, mengindikasikan potensi penguatan lanjutan.

Selanjutnya PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) yang sedang potensi akumulasi. Ia menyatakan saham AMRT direkomendasikan accumulative buy, terutama di kisaran harga Rp 1.870–1.920. 

Berdasarkan prediksi Nafan, saham AMRT sedang membentuk fase akumulasi, ditandai oleh meningkatnya volume transaksi dan adanya positive divergence (penyimpangan positif) pada indikator RSI. Hal ini mengindikasikan potensi penguatan setelah tekanan jual sebelumnya.

Sementara itu saham PT DFI Retail Nusantara Tbk (HERO) ditopang optimistis perseroan dengan sejumlah terobosam yang disiapkan. Perusahaan induk dari merek ritel Guardian dan IKEA Indonesia baru saja membukukan penurunan laba tajam sebesar 79% pada kuartal pertama 2025. 

Laba bersih yang dibukukan awal tahun ini sebesar Rp 27 miliar merosot dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 132 miliar pada periode yang sama secara year on year (yoy). Di samping itu, perusahaan yang dulu dikenal sebagai PT Hero Supermarket Tbk ini mencatatkan kenaikan pendapatan bersih Rp 1,21 triliun hingga Maret 2025 dari sebelumnya Rp 1,07 triliun. 

Presiden Direktur Utama HERO, Hadrianus Wahyu Trikusumo mengatakan, kinerja pendapatan ini disebut didorong oleh lonjakan penjualan selama periode lebaran dari lini bisnis Guardian.

“Kami menyadari pentingnya beradaptasi dengan ekspektasi konsumen yang terus berkembang. Tidak cukup hanya menawarkan produk, kami harus mampu memberikan nilai, kemudahan, serta pengalaman yang relevan,” kata Hadrianus Wahyu Trikusumo di Graha HERO, Banten Senin (5/5).

Wahyu mengakui bahwa perusahaan ritel sedang dihadapkan pada masalah perubahan perilaku konsumen hingga tekanan inflasi. Sementara itu, ia membeberkan bahwa kontribusi pendapatan terbesar HERO masih digenggam oleh Guardian. IKEA tetap menyumbangkan pendapatan namun tidak segemilang unit bisnis oren tersebut.

Menanggapi tantangan tersebut, Wahyu memaparkan strategi jangka pendek dan menengahnya. IKEA Indonesia akan memperkuat performa toko melalui optimalisasi tata letak dan perluasan segmen online. Sementara Guardian akan terus memperluas kehadiran omnichannel atau mengintegrasikan saluran komunikasi bisnis offline dan online.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Karunia Putri

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...