Timah akan Bagi Dividen Rp 474 Miliar, Yield 5,5%

Agustiyanti
12 Juni 2025, 19:03
timah, PT timah tbk, tins
ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/foc.
Pekerja melakukan peleburan timah di Divisi Pengolahan dan Peleburan Unit Metalurgi PT Timah Tbk di Mentok, Kabupaten Bangka Barat, Kepulauan Bangka Belitung, Rabu (22/1/2025). Teknologi peleburan Top Submerge Lance (TSL) Ausmelt Furnace Smelter milik PT Timah Tbk mampu mengolah biji timah kadar rendah mulai dari 40-70 persen Sn dengan kapasitas produksi mencapai 40.000 ton timah cair.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

PT Timah Tbk (TINS) akan membagikan dividen sebesar Rp 474 miliar atau setara Rp 63,7 per saham. Dividen ini berasal dari 40% laba bersih perseroan tahun buku 2024. 

Harga saham Timah pada penutupan perdagangan hari ini turun 1,28% ke level Rp 1.160. Dengan harga saham tersebut, yield dividen Timah mencapai 5,5%. 

Adapun RUPST juga menetapkan, 60% dari laba bersih 2024 atau sebesar Rp 711,98 miliar sebagai saldo laba yang belum dicadangkan. 

TINS membukukan laba bersih pada tahun lalu mencapai Rp 1,19 triliun, berbalik dibandingkan tahun sebelumnya yang rugi Rp 449,67 miliar. Kinerja laba perusahaan ditopang oleh pendapatan yang naik 29,3% secara tahunan menjadi Rp 10,86 triliun.

Perbaikan laba justru terjadi di tengah merosotnya produksi timah di dalam negeri, yang antara lain disebabkan oleh kinerja tambang pelat merah ini. Produksi timah pada 2024 hanya mencapai 45 ribu ton, turun 30,77% dibandingkan produksi tahun sebelumnya yang sebesar 65 ribu ton.

"Menurunnya pasokan timah dari Indonesia mengakibatkan kenaikan harga timah dunia, dari rata-rata US$ 26.582 per ton pada 2023 menjadi US$ 31.164 per ton pada 2024," ujar Direktur Utama MIND ID Maroef Sjamsoeddin dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi VI DPR, Rabu (14/5).

Berdasarkan data ekspor 2023, produksi timah Indonesia saat itu menyumbang 17,5% pasokan global. Dengan penurunan produksi pada 2024, kontribusi Indonesia terhadap pasokan global menyusut menjadi sekitar 12%.

“Posisi komoditas timah di dunia saat ini belum bisa digantikan oleh komoditas lainnya. Kebutuhan pasar terus meningkat dari tahun ke tahun,” katanya.

Maroef juga menyebut Indonesia berada di jajaran negara pemasok timah terbesar bersama Cina (Yunnan Tin) dan Peru (Minsur). "Kerja sama strategis antara Indonesia, Cina, dan Peru perlu ditingkatkan sehingga dapat meningkatkan peranan dalam pasar global," ujarnya.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...