Wall Street Rontok, Pernyataan Trump soal Perang Israel-Iran Bikin Waswas


Bursa saham Amerika Serikat, Wall Street ditutup turun pada perdagangan Selasa (17/6) waktu setempat. Pasar saham tertekan oleh meningkatnya ketegangan di Timur Tengah yang memasuki hari kelima.
Rata-rata indeks Dow Jones turun 299,29 poin atau 0,70% ke level 42.215,80. Sedangkan S&P 500 turun 0,84% ke 5.982,72, dan Nasdaq Composite terkoreksi 0,91% ke posisi 19.521,09.
Koreksi pada pasar saham AS turut dipicu oleh eskalasi pernyataan dari Presiden AS Donald Trump yang memposting “Menyerah Tanpa Syarat!” di akun Truth Social miliknya.
"Ia adalah sasaran empuk, tetapi aman di sana. Kami tidak akan menghabisinya, setidaknya untuk saat ini. Namun, kami tidak ingin rudal ditembakkan ke warga sipil atau tentara Amerika. Kesabaran kami sudah menipis," kata Trump dikutip dari CNBC, Rabu (18/6).
Trump juga menggelar pertemuan dengan tim keamanan nasionalnya di Ruang Sidang Gedung Putih pada Selasa sore. Di saat yang sama, Pentagon memindahkan aset militer ke kawasan Timur Tengah guna memperkuat pertahanan militer AS dan memperluas opsi bagi presiden.
Trump meninggalkan KTT G7 di Kanada lebih awal untuk menangani krisis di Timur Tengah ini, meskipun tidak berhasil mencapai kesepakatan. Presiden Prancis Emmanuel Macron menyebut bahwa Trump sempat menawarkan gencatan senjata antara Iran dan Israel.
Namun, Trump membantah bahwa kepergiannya terkait dengan gencatan senjata, dan mengatakan bahwa alasan kepergiannya jauh lebih besar dari itu.
"Kita semua berada dalam ketidakpastian mengenai apakah ada sesuatu yang substantif yang dihasilkan dari pertemuan puncak tersebut," tulis ahli strategi Deutsche Bank Jim Reid.
Di sisi lain, harga minyak mentah Brent melonjak lebih dari 4% setelah sempat turun pada hari sebelumnya. Lonjakan ini dipicu oleh memburuknya konflik, meskipun sempat muncul tanda-tanda bahwa Iran bersedia melakukan gencatan senjata.
Selain konflik geopolitik, pasar juga dibebani oleh rilis data penjualan ritel AS yang menunjukkan pelemahan konsumsi. Penjualan ritel pada bulan Mei turun 0,9%, lebih buruk dari ekspektasi penurunan sebesar 0,6% menurut proyeksi Dow Jones.
“Perekonomian sedang melambat karena konsumen merasa khawatir dengan apa yang akan terjadi dan memilih menabung daripada membelanjakan uang mereka,” kata Kepala Ekonomi Rupkey, Chris Rupkey.
Data ini dirilis menjelang pertemuan The Federal Reserve minggu ini. Bank sentral AS diperkirakan akan tetap mempertahankan suku bunga.
Namun, sejumlah analis menilai bila data ekonomi yang dilaporkan lebih lemah dari perkiraan, maka dapat memberi ruang bagi The Fed untuk bersikap lebih lunak.
Menurut alat FedWatch dari CME Group, pelaku pasar kini memperkirakan dua kali pemangkasan suku bunga sebesar seperempat poin persentase tahun ini. Aksi ini diperkirakan dimulai pada pertemuan The Fed bulan September.