Meski Laba Susut, Bukit Asam (PTBA) Bukukan Pendapatan Rp 20,45 Triliun

Karunia Putri
1 Agustus 2025, 07:24
Bukit Asam
ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/wsj.
Pekerja melintas di dekat kapal tongkang pengangkut batubara di kawasan Dermaga Batu bara Kertapati milik PT Bukit Asam Tbk di Palembang, Sumatera Selatan, Selasa (4/1/2022).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Emiten pelat merah holding MIND ID, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 59% selama semester pertama 2025. Merujuk laporan keuangan yang diterbitkan perseroan, laba bersih perseroan menyusut menjadi Rp 833,04 miliar dari Rp 2,03 triliun pada periode yang sama secara tahunan. Namun pendapatan perseroan tumbuh 4,12%.

Pendapatan PTBA selama paruh pertama 2025 tercatat Rp 20,45 triliun dari Rp 19,64 triliun pada paruh pertama 2024. Corporate Secretary PTBA Niko Chandra mengatakan, komposisi penjualan tersebut terdiri dari 54% dari pasar domestik dan 46% dari ekspor. 

Meski PTBA mengalami penurunan permintaan dari pasar ekspor utama seperti Cina, PTBA dapat menjaga kinerja penjualan dengan melakukan ekspansi bisnis berupa ekspor ke negara-negara seperti Bangladesh, India, Vietnam, Filipina dan Thailand.

Sejalan dengan peningkatan produksi dan penjualan, volume angkutan batu bara turut meningkat sebesar 9% menjadi 19,27 juta ton dari sebelumnya 17,70 juta ton. Peningkatan ini didukung oleh optimalisasi rantai pasok dan efisiensi di sektor logistik.

Peningkatan aktivitas operasional tersebut berkontribusi terhadap pendapatan konsolidasi PTBA yang tercatat Rp 20,45 triliun, naik 4% dibandingkan Rp 19,64 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Total aset perusahaan juga mengalami pertumbuhan sebesar 2%, dari Rp 41,79 triliun per 31 Desember 2024 menjadi Rp 42,68 triliun per 30 Juni 2025.

"Dengan kinerja semester I yang positif, PTBA optimistis menghadapi paruh kedua 2025 melalui strategi berkelanjutan yang berfokus pada efisiensi, ekspansi pasar dan tata kelola unggul," kata Niko dalam keterangan resmi dikutip, Jumat (1/8).

Beban Pokok Penjualan Bengkak

Seiring dengan kenaikan pendapatan, beban pokok penjualan Bukit Asam juga membengkak menjadi Rp 18,20 triliun dari Rp 16,23 triliun secara year on year (yoy). Beban umum dan administrasi juga membesar dari Rp 929,33 miliar menjadi Rp 1,01 triliun serta beban penjualan dan pemasaran naik dari Rp 364,70 miliar menjadi Rp 385,97 miliar.  

Niko menyampaikan bahwa tekanan harga batu bara global menjadi salah satu tantangan utama pada semester pertama. Indeks harga ICI-3 tercatat turun 14% secara tahunan, dari US$ 75,89 menjadi US$ 65,15 per ton. Sementara indeks Newcastle merosot 22%, dari US$ 130,66 menjadi US$ 102,51 per ton."

Menurutnya, permasalahan tersebut dapat diatasi dengan menerapkan strategi pemasaran yang adaptif, diversifikasi pasar serta pengelolaan portofolio pelanggan. “Perseroan juga membukukan rata-rata harga jual sebesar Rp 930 ribu per ton, turun 4% dari periode yang sama tahun sebelumnya,” katanya.

Biaya operasional turut mengalami tekanan seiring kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang rata-rata mencapai Rp 14.666 per liter atau meningkat 7% dibandingkan Rp 13.682 per liter pada periode yang sama tahun lalu. Peningkatan konsumsi BBM juga sejalan dengan bertambahnya volume produksi dan jarak angkut batu bara.

"Kendati kondisi pasar global cukup menantang, perseroan tetap mencatatkan pertumbuhan kinerja. Ke depan, perseroan akan terus mendorong efisiensi biaya, meningkatkan kinerja aset serta memperluas portofolio usaha yang berkelanjutan," ujar Niko.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Karunia Putri

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...