Ultrajaya (ULTJ) Masuk Indeks Small Cap FTSE, Taipan Sabana Rajin Tambah Saham

Karunia Putri
25 Agustus 2025, 10:16
Ultrajaya
Ultrajaya
Ultrajaya
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Emiten produsen susu cair UHT dengan merek Ultra Milk PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk (ULTJ) resmi masuk dalam indeks Small Cap FTSE Russell untuk periode September 2025. Keputusan itu diumumkan dalam tinjauan semi-tahunan FTSE Global Index Series, Jumat (22/8).

ULTJ berada di bawah kendali Sabana Prawirawidjaja yang juga menjabat Presiden Direktur perusahaan. Sepanjang 2025, konglomerat ini menjadi sorotan karena aktif memborong saham ULTJ. 

Data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat, pada 21 Agustus 2025 ia membeli 120 ribu lembar saham tambahan. Kepemilikannya kini mencapai 5,52 miliar saham atau setara 53,16%.

Pada akhir Juli lalu, kepemilikan Sabana masih 5,51 miliar saham, sementara satu bulan sebelumnya, 30 Juni 2025, kepemilikan Sabana tercatat 5,49 miliar saham. Aksi borong saham ini mempertegas dominasinya di ULTJ.

Mengutip Forbes, Sabana adalah salah satu pendiri Ultrajaya yang berawal dari usaha peternakan sapi perah pada 1950-an. Selain memimpin Ultrajaya, ia pernah menjabat Presiden Komisaris Campina Ice Cream Industry sejak 1995 hingga 2017. 

Saudaranya, Supiandi duduk sebagai Presiden Komisaris Ultrajaya. Sementara putranya, Samudera Prawirawidjaja kini menjabat sebagai Direktur. Kekayaan Sabana tercatat sebesar US$ 940 juta per Desember 2023.

Selain ULTJ, sejumlah emiten lain juga masuk ke indeks FTSE. Pada kelompok Micro Cap, saham baru yang bergabung antara lain PT Kencana Energi Lestari Tbk (KEEN), PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI), PT MNC Kapital Indonesia Tbk (BCAP), PT Mulia Industrindo Tbk (MLBI), PT Nusantara Sejahtera Raya Tbk (CNMA) dan PT Sariguna Primatirta Tbk (CLEO).

Sebaliknya, sejumlah emiten dikeluarkan dari indeks Micro Cap, seperti PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk (BEST), PT Dana Brata Luhur Tbk (TEBE), PT Pelita Samudera Shipping Tbk (PSSI), PT Metro Healthcare Indonesia Tbk (MTMH), PT Resource Alam Indonesia Tbk (SMBR) dan PT Unicharm Indonesia Tbk (UCID).

Di level lebih tinggi, PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) berhasil masuk ke indeks Large Cap sedangkan PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) terdepak dari indeks Mid Cap.

FTSE Russell menyebut, perubahan komposisi indeks masih bersifat sementara hingga 5 September 2025. Setelah itu, daftar akan bersifat final dan hanya bisa diubah dalam kondisi luar biasa sesuai kebijakan lembaga.

Bagi investor global, tinjauan FTSE Global Equity Index Series menjadi acuan penting. Masuknya saham ke dalam indeks dapat meningkatkan eksposur pada aliran dana asing, sedangkan keluarnya saham berpotensi mengurangi likuiditas dan menekan sentimen pasar terhadap emiten terkait.

Keuangan ULTJ Semester 1 2025

Sepanjang paruh pertama 2025, ULTJ mencatatkan laba bersih tahun berjalan sebesar Rp 603,81 miliar. Torehan tersebut menyusut 20,03% dibandingkan dengan laba bersih pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 755,13 miliar. 

Penyusutan laba tersebut sejalan dengan turunnya penjualan perseroan menjadi Rp 4,08 triliun dari 4,44 triliun secara tahunan atau year on year (yoy). Di samping itu, ULTJ mampu menekan beban pokok penjualan dari Rp 2,94 triliun menjadi Rp 2,71 triliun.

Dari sisi neraca keuangan, ULTJ mencatatkan total aset senilai Rp 8,15 triliun. Total liabilitas tercatat turun 44,31% secara menjadi Rp 576,09 miliar sementara ekuitas tumbuh 2,08% menjadi Rp 7,58 triliun. 

Usai masuk ke dalam indeks FTSE, saham ULTJ naik 2,35% atau 30 poin ke level 1.305. Saham ULTJ naik 2,35% dalam satu pekan terakhir dan terkoreksi 0,38% selama satu bulan ke belakang. Harga sahamnya terus melandai sejak awal tahun dengan catatan koreksi sebesar 27,70%.




Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Karunia Putri

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...