PGAS Catat Laba Rp 3,52 Triliun, Lifting Migas Anjlok 22% Hingga Semester I 2025
PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) membukukan laba periode berjalan sebesar US$ 213 juta atau sekitar Rp 3,52 triliun hingga semester pertama 2025, anjlok 8,1% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kinerja laba turun meski pendapatan tercatat naik dari US $1,83 miliar menjadi US$1,93 miliar atau Rp 31,90 triliun.
Direktur Keuangan PGN Catur Dermawan menjelaskan, kenaikan pendapatan perseroan didorong oleh kontribusi dari berbagai segmen, mulai dari niaga, transmisi gas dan regasifikasi, transportasi minyak, pengolahan gas, hingga layanan fiber optik. Namun, menurut dia, pendapatan dari segmen lifting minyak dan gas anjlok 22%, dari 21.408 BOEPD pada semester pertama 2024 menjadi 16.774 BOEPD.
“Lalu pendapatan niaga sebagai kontributor utama terhadap pendapatan konsolidasi mengalami peningkatan sebesar 13% dibandingkan tahun sebelumnya,” kata Catur dalam Public Expose Live 2025 secara virtual, Rabu (10/9).
Ia mengatakan, faktor pendorong kenaikan pendapatan PGN adalah meningkatnya serapan regasifikasi LNG dari pelanggan non-HGBT, seiring bertambahnya porsi LNG dalam bauran pasokan. Di sisi lain, beban pokok pendapatan naik 13% menjadi US$1,6 miliar, terutama berasal dari pembelian LNG untuk memenuhi kebutuhan niaga pada semester pertama 2025.
Kenaikan beban pokok yang lebih tinggi dibanding pertumbuhan pendapatan membuat perseroan hanya membukukan laba bruto sebesar US$ 320 juta dan laba operasi senilai US$ 240 juta.
Kinerja Operasional
Dari sisi kinerja operasional, PGN mencatatkan penyaluran atau volume niaga gas turun 1,1% yoy menjadi 832 BBTUD (billion british thermal unit per day) hingga semester pertama 2025. Padahal pada periode yang sama 2024, volume niaga gas PGN tercatat 841 BBTUD.
Direktur Komersial PGN Aldiansyah Idham menjelaskan, penurunan volume niaga gas dipengaruhi oleh turunnya pasokan gas bumi dari sejumlah wilayah pemasok utama di Sumatera dan Jawa.
“Dan permintaan di sisi pelanggan juga mengalami penurunan,” kata Aldi.
Ia mencatat, sebanyak 43% dari total volume niaga gas pada semester pertama 2025 disalurkan kepada pelanggan penerima Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT). Komposisi pelanggan PGN terdiri dari pembangkit listrik 27%, industri kimia 18%, keramik 10%, makanan 9%, besi 6%, kaca 5%, serta 25% lainnya mencakup sektor pupuk dan pelanggan lain.
Adapun untuk menjaga pasokan, PGN menambah suplai gas melalui regasifikasi liquefied natural gas (LNG). Pada semester pertama 2025, bauran pasokan gas tercatat 90% dari gas pipa dan 10% dari LNG. Dari sisi sumbernya, sebanyak 43% berasal dari Pertamina Group, sementara 57% sisanya dipasok perusahaan lain, termasuk dari Blok Corridor di Sumatera.
Di samping itu, Aldi juga menyebut perusahaan akan terus menjaga keandalan penyaluran gas bumi ke seluruh sektor pelanggan. PGN juga berkoordinasi dengan pemerintah dan pemangku kepentingan untuk memperkuat suplai sekaligus mencari sumber gas baru guna menjaga keberlanjutan energi bagi pelanggan dengan menyeimbangkan kebutuhan dan ketersediaan gas bumi.
“Pemerintah juga menetapkan tambahan pasokan LNG yang berasal dari domestik,” ucapnya.
Saat ini, PGN juga memperoleh tambahan alokasi gas pipa dari beberapa wilayah kerja, antara lain Nord Sumatra Offshore, Lapangan Aset I Pertamina EP, West Madura Offshore, Offshore North West Java, hingga WK GMB Tanjung Enim.
