Lirik Pembangkit Sampah, TOBA Ungkap Status Kerja Sama dengan CDIA dan Danantara
PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) menyebut hingga saat ini belum ada kerja sama dengan Danantara Indonesia hingga PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) terkait proyek pengelolaan sampah nasional.
“Kami belum memiliki agreement apapun dengan Chandra Daya Investasi (CDIA) ataupun dengan pihak Danantara, kami tidak memiliki keterkaitan sampai dengan saat ini,” kata Direktur TOBA, Juli Oktarina, dalam Public Expose Live 2025 secara virtual, dikutip Senin (15/9).
Seiring dengan hal itu, TOBA menyatakan ketertarikan untuk masuk ke dalam bisnis pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa). Senior Vice President (SVP) of Corporate Strategy & Investor Relations TBS Energi Utama, Nafi Achmad Sentausa, mengatakan sebenarnya TOBA sudah menaruh perhatian dan mengevaluasi pada segmen bisnis PLTSa sejak 2018 bahkan sejak terbitnya Peraturan Presiden (Perpres) pertama.
“Dan sudah mulai coba push untuk mengembangkan bisnis ini,” kata Nafi dalam Public Expose Live 2025 secara virtual, Jumat (12/9).
Terkait rencana pendanaan, Nafi menjelaskan TOBA akan terus melakukan evaluasi. Sebagai perusahaan terbuka, perseroan memiliki berbagai alternatif pembiayaan, baik melalui utang (debt financing) maupun ekuitas (equity financing).
“Yang terus kami explore untuk bagaimana juga me-manage cost of capital TOBA untuk mengeksekusi proyek-proyek ini, jadi untuk ini (rencana financing) kami juga masih cukup fleksibel, kami masih mengevaluasi depending on proyek-proyek yang nanti kami coba dorong,” ucap Nafi.
Adapun sebelumnya Danantara meluncurkan obligasi patriotik atau Patriot Bonds hingga menjadi perhatian di kalangan pasar modal. Lewat program baru ini Danantara disebut bakal menghimpun dana hingga Rp 50 triliun.
Berdasarkan keterangan resmi, gerakan investasi ini akan dialokasikan untuk beberapa proyek strategis salah satunya pengelolaan sampah nasional. Hal ini menguatkan rumor tentang keterlibatan salah satu emiten yang bergerak di bidang waste management, yaitu PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA).
Hal itu lantaran TBS Energi Utama sebelumnya pernah terafiliasi dengan Chief Investment Officer Danantara, Pandu Sjahrir. Tak hanya itu, Pandu juga sempat menjabat sebagai Wakil Direktur Utama TBS Energi Utama.
Sebelumnya beredar kabar terkait kerja sama antara TOBA dan perusahaan milik konglomerat Prajogo Pangestu itu. Apalagi PT Chandra Asri Pacific Tbk (Chandra Asri Group) mulai mengimplementasikan teknologi cofiring Refuse-Derived Fuel (RDF) secara komersial. Langkah ini menjadi bagian dari strategi perusahaan dalam mendukung transisi energi bersih sekaligus memperkuat pengelolaan sampah berkelanjutan.
Sejak Juli 2025, cofiring RDF diterapkan pada boiler batubara Chandra Asri Group Site Office Puloampel. RDF digunakan sebagai bahan bakar alternatif sebesar 5% dari total kebutuhan energi pada boiler.
Adapun cofiring RDF merupakan metode pembakaran campuran antara RDF, berupa sampah yang telah diproses menjadi bahan bakar dengan batu bara, sebagai bagian dari strategi transisi energi bersih dan pengurangan ketergantungan pada energi fosil.
Sampah yang dimanfaatkan berupa sampah padat, khususnya organik dan anorganik, dengan volume pemanfaatan mencapai 60,33 ton sampah.
