Peluang Astra (ASII) Bagi Dividen Interim dan Rekam Jejaknya
PT Astra International Tbk (ASII) buka suara terkait potensi besaran dividen interim yang akan dibagikan perusahaan dari kinerja laba bersih tahun buku 2025. ASII tercatat rutin membagikan dividen interim setiap tahun setidaknya dalam lima tahun terakhir.
Head of Corporate Investor Relations Astra International, Tira Ardianti menjelaskan, kebijakan dividen Astra selalu mempertimbangkan kondisi keuangan, profitabilitas, serta kebutuhan kas untuk operasional dan investasi. Pembagian dividen akan dilakukan sepanjang posisi keuangan perusahaan memadai dan memperoleh persetujuan Dewan Komisaris.
“Terkait dividen interim, kami tidak dapat memberikan proyeksi besaran dividen interim,” kata Tira ketika dihubungi wartawan usai Media Day Astra 2025, Selasa (23/9).
Rekam Jejak Dividen Interim dan Kinerja Astra (ASII)
ASII terpantau selalu membagikan dividen interim setiap tahunnya, setidaknya dalam lima tahun terakhir. Pada tahun 2023 dan 2024, perusahaan membagikan dividen interim masing-masing Rp 98 per saham. Perusahaan juga membagikan dividen interim pada 2022 sebesar Rp 8,8 per saham, pada 2021 sebesar Rp 45 per saham dan pada 2020 sebesar Rp 27 per saham.
Astra International membukukan laba bersih sebesar Rp 15,51 triliun pada enam bulan pertama 2025, turun 2,15% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Kinera laba turun meski, pendapatannya naik 1,8% secara tahunan menjadi Rp 162,85 triliun.
Analis Mirae Sekuritas Indonesia Christopher Rusli memperkirakan pertumbuhan pendapatan Astra pada 2025 akan berjalan lambat. Penjualan mobil murah ramah lingkungan (LCGC) diperkirakan tetap lemah karena daya beli konsumen menengah ke bawah masih tertekan.
Namun, harga emas yang stabil akan menguntungkan bisnis tambang emas UNTR, meskipun penjualan batu bara dan alat berat mungkin melemah. Sektor jasa keuangan uga berpotensi tertekan akibat melemahnya pembiayaan kendaraan baru untuk mobil (4W) dan motor (2W). Meski begitu, menurutnya pasar kendaraan bekas tetap kuat, terbukti dari meningkatnya penjualan OLXmobbi sepanjang 2024.
“Segmen agribisnis diperkirakan akan berkinerja baik, dengan harga CPO sebesar Rp 16.600/kg di Februari 2025, sudah melebihi rata-rata full year 2024 sebesar Rp 12.883/kg,” kata Christopher.
Target Baru Saham ASII
Mirae Asset Sekuritas tetap memberikan rekomendasi beli untuk saham Astra International (ASII) meskipun menurunkan target harga (TP) menjadi Rp 6.000 per saham. Christopher mengatakan target ini mencerminkan rasio price to earnings (P/E) full year 2025 sebesar 7,1 kali serta potensi dividen yang menarik dengan estimasi dividend yield 6-7%.
Mirae Asset membeberkan, penentuan target harga Rp 6.000/saham dilakukan menggunakan metode valuasi Sum of The Parts (SOTP), dengan kelipatan P/E full year 2025 sebesar 7,4x untuk sektor otomotif, 5,1x untuk HEMCE, 9,9x untuk agribisnis, dan 11,0x untuk segmen lainnya. Sementara sektor jasa keuangan dihitung menggunakan price to book value (P/BV) sebesar 2,0x.
Mirae juga mengidentifikasi beberapa risiko yang dapat menekan kinerja ASII. Misalnya penurunan pangsa pasar merek-merek Astra, pertumbuhan kendaraan listrik (BEV) yang semakin dominan, melemahnya daya beli konsumen, serta tekanan terhadap margin keuntungan yang berkelanjutan.
