Wall Street Bervariasi Dibayangi Ketidakpastian Arah Hubungan Dagang AS dan Cina

Nur Hana Putri Nabila
15 Oktober 2025, 06:31
Wall Street
Wall Street
Wall Street
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Indeks bursa Wall Street Amerika Serikat (AS) ditutup bervariasi pada perdagangan Selasa (14/10), di tengah meningkatnya tensi perdagangan antara AS dan Cina. Ketegangan memuncak setelah Presiden AS Donald Trump mengkritik Cina karena tidak membeli kedelai, yang kemudian menekan pergerakan indeks S&P 500 hingga berakhir di zona merah.

S&P 500 ditutup turun 0,2% ke level 6.644,31 setelah sempat bergerak fluktuatif, jatuh hingga 1,5% dan sempat menguat 0,4% di level tertingginya. Sementara itu, Nasdaq Composite melemah 0,8% ke 22.521,70, meski sebelumnya sempat merosot hingga 2,1%. Di sisi lain, Dow Jones Industrial Average justru menguat 0,4% atau 202,88 poin ke 46.270,46, dipimpin oleh kenaikan saham Caterpillar.

Perdagangan saham sempat dibuka melemah setelah Cina memperketat pengawasan terhadap aktivitas perdagangan global. Beijing menjatuhkan sanksi kepada lima anak perusahaan Hanwha Ocean asal Korea Selatan yang beroperasi di AS.

Kebijakan itu melarang organisasi dan individu di Cina untuk melakukan bisnis dengan perusahaan-perusahaan tersebut. Pemerintah Cina juga menilai langkah ini sebagai bagian dari upaya memperkuat keamanan nasional.

Wakil Perwakilan Perdagangan Amerika Serikat (AS) Jamieson Greer mengatakan bahwa penerapan tarif tambahan 100% terhadap Cina yang diancam Donald Trump dapat berlaku mulai 1 November, tergantung pada langkah lanjutan dari Cina. Ia menegaskan, kebijakan tersebut bahkan bisa diterapkan lebih cepat dari jadwal.

Adapun indeks utama Wall Street sempat pulih dari zona merah di awal sesi, dengan S&P 500 bergerak di zona hijau hampir sepanjang perdagangan. Namun, sentimen pasar kembali tertekan setelah Trump melontarkan kritik baru terhadap Cina melalui Truth Social pada malam harinya.

Dalam unggahannya di Truth Social, Trump menuduh Cina sengaja tidak membeli kedelai AS sebagai “tindakan ekonomi yang tidak bersahabat.” Ia juga mengancam akan menyiapkan langkah balasan, termasuk kemungkinan embargo minyak goreng. Pernyataan tersebut membuat indeks saham AS mundur dari level tertingginya, dengan S&P 500 akhirnya menutup sesi perdagangan di zona negatif.

Direktur Strategi Investasi Senior U.S. Bank Wealth Management, Rob Haworth, menilai ketidakpastian arah hubungan dagang AS dan Cina masih membayangi pasar. “Belum jelas bagaimana kedua negara akan menyelesaikan ketegangan perdagangan ini menjelang akhir bulan. Itu yang sedang coba diantisipasi pasar,” kata Haworth dikutip dari CNBC, Rabu (15/10).

Meski begitu ia mebyebut laporan keuangan perusahaan menunjukkan sinyal positif bagi ekonomi. “Sebagian sentimen pasar memang tertekan, tetapi hasil laporan laba hari ini memperlihatkan sektor keuangan masih solid dan konsumen tetap kuat,” ujarnya.

Saham teknologi seperti Nvidia tetap tertekan, melanjutkan pelemahan tajam pada Jumat lalu. Namun, awal yang kuat dari musim laporan laba menjadi sinyal bahwa fundamental pasar masih kokoh. Saham Citigroup dan Wells Fargo masing-masing naik 3,9% dan 7,2% setelah mencatatkan laba di atas perkiraan. Sementara itu, JPMorgan dan Goldman Sachs juga melampaui ekspektasi analis, meski keduanya ditutup sedikit melemah.

Ketegangan perdagangan antara AS dan Cina kembali meningkat sejak akhir pekan lalu setelah Trump mengancam akan memberlakukan tarif tambahan 100% terhadap impor asal Cina. Ancaman tersebut memicu aksi jual di pasar saham, membuat Dow Jones anjlok lebih dari 800 poin pada Jumat lalu, sementara S&P 500 mencatat penurunan harian terbesar sejak 10 April.

Namun, pada Minggu (13/10), Trump berusaha meredam ketegangan lewat unggahannya di Truth Social dengan mengatakan, “Jangan khawatir tentang China, semuanya akan baik-baik saja.” Komentar tersebut memicu aksi beli di pasar pada awal pekan.

Pada Senin (14/10), S&P 500 dan Dow Jones masing-masing menguat lebih dari 1%, menandai kenaikan harian terbesar S&P 500 sejak 27 Mei, sekaligus mengakhiri tren pelemahan lima hari berturut-turut di Dow. Rebound tersebut juga berhasil memulihkan lebih dari setengah kerugian S&P 500 dan dua pertiga penurunan tajam Dow yang terjadi pada akhir pekan sebelumnya.

Sementara itu, Indeks Volatilitas Cboe (VIX), yang dikenal sebagai “pengukur ketakutan” di Wall Street, sempat menembus level penutupan Jumat lalu. Kenaikan ini mencerminkan kekhawatiran investor bahwa penyelesaian sengketa dagang AS–Cina tidak akan berlangsung cepat. VIX sempat menyentuh level di atas 22, tertinggi dalam empat bulan terakhir, sebelum akhirnya ditutup pada posisi 20,81.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Nur Hana Putri Nabila

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...