BRMS Cetak Laba Rp 632 M per Kuartal III, Melesat 129% Berkat Harga Emas
Emiten tambang emas milik Grup Bakrie, PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) membukukan laba bersih US$ 37,90 juta atau sekitar Rp 632,75 miliar (kurs Rp 16.692 terhadap dolar AS). Capaian ini melesat 129% dibandingkan dengan laba bersih perseroan pada periode yang sama 2024 sebesar US$ 15,65 juta.
Mengutip laporan kinerja keuangan kuartal III yang disampaikan BRMS kepada Bursa Efek Indonesia, BRMS mencatatkan penjualan sebesar US$ 183,57 juta, naik 69% dibandingkan periode yang sama tahun lalu US$ 108,47 juta.
Direktur dan Chief Financial Officer BRMS, Charles Gobel mengatakan, peningkatan kinerja keuangan perseroan terjadi karena dua faktor utama, yaitu kenaikan produksi emas dan melejitnya harga jual emas.
“Produksi emas kami naik sebesar 25% dari 45.366 oz di 9M [9 bulan] 2024 menjadi 56.552 oz di 9M 2025. Harga jual emas juga meningkat sebesar 34% dari $ 2.347 di 9M 2024 menjadi $3.156 di 9M 2025,” ujar Charles dalam keterangan resminya dikutip Rabu (29/10).
Sepanjang periode Januari-September 2025, BRMS telah menjual sebanyak 1,759 kilogram emas, naik dibandingkan emas yang dijual BRMS pada periode yang sama tahun sebelumnya sebanyak 1,411 kg emas. Dalam catatan pos penjualan, total emas yang dijual perseroan senilai US$ 178,50 juta dan perak senilai US$ 5,07 juta.
Seiring dengan naiknya pendapatan BRMS, beban pokok penjualan perseroan juga menebal menjadi US$ 80,32 juta dari US$ 56,09 juta.
Informasi Terbaru Kinerja Operasional BRMS
BRMS melalui anak usahanya, PT Citra Palu Minerals (CPM) saat ini tengah menjalankan proyek pushback di area penambangan terbuka River Reef di Poboya, Palu.
Proses ini dimulai sejak kuartal kedua 2025 dan ditargetkan rampung pada kuartal keempat 2025. Namun, tim operasi memberi evaluasi yang menyatakan bahwa kemungkinan kegiatan pushback akan berlanjut hingga kuartal pertama tahun lalu.
Direktur Utama CPM Damar Kusumanto mengatakan, kadar bijih emas yang diolah meningkat menjadi 1,5 gram per ton (g/t) dari 1,4 g/t di kuartal sebelumnya.
“Hal ini dikarenakan keberhasilan kami dalam menambang dan memproses bijih dengan kadar emas yang lebih tinggi dari area bagian bawah di lubang tambang,” kata Direktur Utama CPM Damar.
Namun, dia menyatakan, selama periode pushback, aktivitas penambangan akan dibatasi di area tertentu sehingga kadar emas bisa berfluktuasi hingga awal 2026. Damar memperkirakan, produksi akan kembali normal pada Maret–April 2026, dengan kadar emas yang lebih tinggi.
BRMS memproduksi sekitar 64 ribu troy oz emas pada tahun lalu. Meskipun ada potensi penurunan produksi sementara pada kuartal keempat 2025, perseroan tetap menargetkan produksi emas yang lebih tinggi hingga akhir tahun ini.
“Namun demikian, kami tetap menargetkan untuk mencapai produksi emas sebesar 68.000 – 71.000 troy oz di tahun 2025 ini, yang mana tetap lebih tinggi dari produksi di tahun lalu,” lanjutnya.
Peningkatan Kapasitas Pabrik CIL dan Proyek Tambang Bawah Tanah
BRMS melaporkan sedang dalam tahap meningkatkan kapasitas pabrik Carbon in Leach (CIL) pertamanya di Poboya dari 500 ton menjadi 2.000 ton bijih per hari. Peningkatan kapasitas ini ditargetkan rampung pada semester kedua 2026.
Selama proses ini, pabrik CIL pertama tersebut berhenti beroperasi sementara, namun pabrik CIL kedua milik BRMS tetap berjalan dengan kapasitas 4.500 ton bijih per hari sejak pertengahan 2025.
Direktur CPM Agus Sitindaon menjelaskan, pabrik CIL kedua mampu beroperasi mampu beroperasi dengan kapasitas tersebut disebabkan jenis bijih dan batuan yang diproses di lokasi tambang tidak terlalu keras, sehingga lebih mudah diproses.
Dia melanjutkan, jika pabrik CIL pertama mampu meningkatkan kapasitas produksinya, maka kedua pabrik CIL perseroan akan memproses bijih dengan total kapasitas sekitar 6.000 ton bijih per harinya mulai di akhir tahun 2026 atau awal tahun 2027 nanti.
“Kami berharap proses peningkatan kapasitas pabrik CIL pertama menjadi 2.000 ton bijih per hari dapat diselesaikan di bulan Oktober tahun 2026,” katanya.
Selain itu, proyek tambang emas bawah tanah Poboya juga menunjukkan kemajuan signifikan. Pembangunan terowongan (decline) telah mencapai lebih dari 350 meter hingga Agustus 2025. Kontraktor tambang, PT Macmahon Indonesia menargetkan tambang bawah tanah tersebut mulai beroperasi pada pertengahan 2027.
Direktur Utama dan CEO BRMS Agus Projosasmito menyatakan tambang bawah tanah itu diperkirakan memiliki kadar emas tinggi, yakni 3,5–4,9 g/t. “Kandungan emas yang tinggi tersebut akan terlihat dalam peningkatan produksi emas yang cukup signifikan di semester kedua tahun 2027 nanti,” katanya.
