Kinerja Kuartal III Kinclong, Ini Target Baru Harga Saham GOTO
Sejumlah analis merekomendasikan investor untuk mengoleksi saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), terutama setelah perusahaan mengumumkan kinerja hingga kuartal ketiga 2025. GOTO berhasil mencetak laba sebelum pajak untuk pertama kalinya pada kuartal III 2025 dan menaikkan target pedoman kinerja pada 2026.
GOTO mencatat EBITDA yang disesuaikan pada kuartal III 2025 naik 239% secara tahunan pada menjadi Rp 516 miliar. Secara kumulatif, sepanjang sembilan bulan 2025, GOTO mencatat EBIDTA yang disesuaikan mencapai Rp 1,3 triliun, melesat dibandingkan Rp 79 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
VP Head of Marketing Strategy & Planning Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi menjelaskan, kinerja GOTO tersebut didorong oleh pertumbuhan group core GTV yang melonjak 43% secara tahunan, serta perbaikan arus kas bebas (adjusted free cash flow) yang berbalik positif sebesar Rp 247 miliar. Selain itu, segmen on-demand service mencatatkan pertumbuhan adjusted EBITDA 115% year on year menjadi Rp 336 miliar.
“Kami menilai kinerja GOTO masih sejalan dengan target pendapatan tahun 2025 sebesar Rp 17,9 triliun, serta proyeksi penurunan rugi bersih menjadi sekitar Rp 891 miliar,” ujar Audi kepada Katadata, Rabu (29/10).
Dengan mempertimbangkan tren positif tersebut, Kiwoom Sekuritas merekomendasikan trading buy atau pembelian jangka pendek untuk saham GOTO, dengan target harga di level Rp 66 per saham.
Sementara itu, analis BinaArtha Sekuritas Ivan Rosanova memberikan saran agar investor masuk ke saham GOTO saat harganya di Rp 51-52 dengan target harga terdekat di Rp 65, 71, 78 dan 87.
Adapun pada perdagangan kemarin, Rabu (29/10), harga saham GOTO ditutup naik 1,82% atau 1 poin ke level 56. Sejak awal tahun, pergerakan sahamnya terpantau volatil dengan koreksi sebesar 20%.
Kinerja Keuangan GOTO Kuartal III Tahun 2025
GOTO mencatatkan pendapatan dalam sembilan bulan pertama tahun ini mencapai Rp 13,29 triliun, naik 14% dibandingkan periode yang sama tahun lalu atau year on year (yoy). Rugi bersih GOTO pun menyusut 82% secara yoy menjadi Rp 775,55 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, GOTO juga berhasil menekan biaya dan beban sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini dari Rp 13,71 triliun pada Januari-September 2024 menjadi Rp 13,51 triliun.
Raksasa teknologi ini pun mencatatkan laba sebelum pajak yang disesuaikan untuk pertama kalinya pada kuartal ketiga ini sebesar Rp 62 miliar.
“Pada kuartal ketiga, kami mencatatkan tonggak sejarah baru dengan mencapai laba sebelum pajak yang disesuaikan untuk pertama kali sebesar Rp 62 miliar,” ujar Direktur Utama Grup GoTo Patrick Walujo dalam siaran pers, Rabu (29/10).
Direktur Keuangan Grup GoTo Simon Ho menjelaskan, kinerja kuartal ketiga perusahaan mencerminkan kemajuan berkelanjutan dalam efisiensi dan disiplin keuangan di seluruh bisnis.
“Kami mencapai rekor lain untuk EBITDA Grup yang disesuaikan dan menghasilkan arus kas bebas yang disesuaikan positif, didukung oleh pertumbuhan pendapatan dan manajemen biaya yang disiplin,” ujarnya.
GOTO mencatatkan laba sebelum bunga, pajak, penyusutan dan amortisasi (EBITDA) grup yang disesuaikan pada kuartal ketiga 2025 mencapai Rp 516 miliar, naik 239% secara tahunan. Sedangkan secara kumulatif dalam sembilan bulan pertama tahun ini, EBIDTA yang disesuaikan mencapai Rp 1,34 triliun, berbalik dibandingkan rugi Rp 79 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Kinerja kinclong GOTO ditopang oleh layanan teknologi finansial atau Go Pay dan on-demand service atau Gojek. Layanan teknologi finansial mencapai rekor EBIDTA yang disesuaikan Rp 136 miliar, naik 201% secara tahunan.
Sedangkan layanan on demand service mencatatkan EBITDA yang disesuaikan sebesar Rp 336 miliar, naik 115% yoy. Raksasa teknologi ini juga mencatatkan arus kas bebas yang disesuaikan positif sebesar Rp 247 miliar. Adapun. Imbalan jasa e-commerce GoTo dari PT Tokopedia mencapai Rp 211 miliar pada kuartal ketiga.
Perseroan juga mempertahankan posisi kas dan neraca yang solid. Per 30 September 2025, GoTo memiliki Rp 18 triliun (US$ 1,1 miliar) dalam bentuk kas, setara kas, dan deposito jangka pendek.
