Kinerja BYAN dan MYOH Milik Low Tuck Kwong Susut di Kuartal III, Apa Biangnya?
Dua emiten milik konglomerat terkaya nomor dua di Indonesia, Low Tuck Kwong telah melaporkan kinerja keuangan hingga akhir periode kuartal ketiga 2025. Dua perusahaan tersebut adalah PT Bayan Resources Tbk (BYAN) dan PT Samindo Resources Tbk (MYOH).
Merujuk laporan kinerja keuangan BYAN dan MYOH, kedua emiten ini membukukan penurunan laba bersih pada periode Januari - September 2025 secara tahunan. Laba bersih BYAN turun 15,89% sementara laba bersih MYOH terkoreksi 37,67% secara tahunan.
Adapun kedua emiten milik Low ini bergerak di bidang tambang batu bara. BYAN bergerak di sektor tambang batu bara sementara MYOH di jasa pertambangan batu bara. Tak heran, Low dikenal sebagai raja batu bara Tanah Air.
Meski laba bersih dan pendapatan dua emiten jawaranya mengalami penurunan, harta kekayaan Low justru tetap perkasa. Merujuk data Forbes Billionaires, harta kekayaan Low bertambah 0,52% atau naik US$ 128 juta per Jumat (31/10).
Harta kekayaannya kini berjumlah sekitar US$ 24,8 miliar atau setara dengan Rp 412,30 triliun dengan kurs sekitar Rp 16.625 terhadap dolar Amerika Serikat. Kenaikan harta versi Forbes ini ditopang dengan fluktuasi harga saham dua emiten Low BYAN dan MYOH di pasar modal.
Mengutip keterangan resmi dari laman Bayan, emiten ini menargetkan pertumbuhan proyek tambang dan mengembangkannya secara berkelanjutan. Low mengatakan dalam keterangannya, proyek ini memiliki cadangan batubara sub bituminous dengan kadar abu dan belerang yang rendah.
Dia juga memastikan tambang Bayan memiliki umur yang panjang. Selain itu, emiten batu bara milik Low sedang menjadi kontributor kelas kakap untuk pengembangan masyarakat di Kutai Kartanegara.
Laba Bersih BYAN Turun 15,89%
Merujuk laporan keuangan kuartal ketiga 2025 BYAN, perusahaan membukukan laba bersih sebesar US$ 522,15 juta atau sekitar Rp 8,71 triliun. Jumlah tersebut tergerus 15,89% jika dibandingkan dengan laba bersih BYAN pada periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 620,80 juta.
Turunnya laba bersih perseroan salah satunya berasal dari turunnya pendapatan perseroan menjadi US$ 2,43 miliar dari US$ 2,47 miliar secara tahunan atau year on year (yoy). Pundi-pundi kekayaan BYAN berasal dari segmen penjualan batubara sebesar US$ 2,42 miliar dan segmen non batu bara sebesar US$ 14,54 juta.
Turunnya pendapatan BYAN, tidak serta merta membuat beban pokok pendapatan perseroan ikut menipis. BYAN mencatatkan kenaikan beban pokok pendapatan menjadi US$ 1,66 miliar dari US$ 1,56 miliar secara yoy.
Pada perdagangan hari ini, harga saham BYAN ditutup naik tipis 0,83% atau 150 poin ke level 18.150. Sementara itu, sejak awal tahun harga saham BYAN telah terkoreksi sebesar 10,37%.
Laba Bersih MYOH Anjlok 37,67%
Sama halnya dengan BYAN, PT Samindo Resources Tbk (MYOH) mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 37,67% menjadi US$ 11,35 juta dari US$ 18,21 juta secara tahunan. Anjloknya laba bersih MYOH terjadi karena pendapatan perseroan yang berkurang sepanjang periode Januari - September 2025 dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Pendapatan perseroan menurun dari US$ 135,62 juta menjadi US$ 122,19 juta secara yoy. Adapun pendapatan perseroan berasal dari jasa pemindahan tanah dan pengambilan batu bara sebesar US$ 65,55 juta, jasa pengangkutan batu bara sebesar US$ 31,57 juta, jasa penyewaan kendaraan dan layanan lainnya sebesar US$ 23,60 juta dan jasa pengeboran, eksplorasi dan lainnya sebesar US$ 1,46 juta.
Sementara itu MYOH mampu menekan beban pokok pendapatan menjadi US$ 100,57 juta dari US$ 104,84 juta secara yoy.
Pada perdagangan hari ini, harga saham MYOH ditutup turun tipis 0,62% atau 10 poin ke level 1.610. Sementara itu, sejak awal tahun harga saham BYAN telah naik sebesar 1,26%.
