AKR Corporindo (AKRA) Beli Obligasi Patriot Bond Rp 250 Miliar
Emiten distributor bahan bakar minyak (BBM), PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) membeli surat utang PT Danantara Investment Management (Danantara) Tahun 2025 Tahap I (SUJP) senilai Rp 250 miliar. Pembelian tersebut dilakukan untuk surat utang tenor masing-masing 5 tahun dan 7 tahun.
"AKRA melakukan penempatan sebesar Rp 250 miliar pada obligasi patriot yang diterbitkan oleh PT Danantara Investment Management (Persero) pada tahun 2025,” demikian penjelasan manajemen AKRA, dikutip Selasa (4/11).
Sebelumnya, emiten industri rokok PT H.M Sampoerna Tbk (HMSP) juga mengumumkan pembelian patriot bond itu senilai Rp 500 miliar. Surat utang jangka panjang ini ditawarkan secara bertahap tanpa melalui penawaran umum dengan bunga 2% per tahun.
Sekretaris Perusahaan HMSP, Andy Revianto mengatakan, investasi tersebut terdiri dari SUJP Seri A senilai Rp 250 miliar dengan bunga 2% per tahun dan jatuh tempo pada 22 Oktober 2030.
HMSP juga memborong SUJP Seri B senilai Rp 250 miliar dengan bunga 2% per tahun dan jatuh tempo pada 21 Oktober 2032. Adapun total nilai investasi itu mencapai Rp 500 miliar atau sekitar 1,76% dari ekuitas perseroan berdasarkan laporan keuangan yang telah diaudit per 31 Desember 2024.
Andy menegaskan bahwa investasi ini tidak memiliki dampak material terhadap kondisi keuangan maupun kelangsungan usaha HMSP.
“Partisipasi ini mencerminkan komitmen perseroan dalam mendukung pembangunan berkelanjutan dan program pemerintah dalam pengelolaan lingkungan,” kata Andy dalam keterbukaan informasi BEI, Kamis (23/10).
Danantara Akan Gunakan Patriot Bond untuk Danai Proyek PLTSa
Danantara berencana mendanai proyek waste-to-energy atau pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) dengan skema pembiayaan ekuitas menggunakan Patriot Bond. Dengan kata lain, Danantara akan membeli saham perusahaan patungan yang mengoperasikan fasilitas WTE dalam mendanai proyek tersebut.
Danantara kini telah menghimpun dana segar lebih dari Rp 50 triliun dari penerbitan surat utang negara kepada konglomerat atau Patriot Bond. Namun, CIO BPI Danantara Pandu Patria Sjahrir belum memastikan seberapa besar kontribusi Patriot Bond dalam skema pembiayaan ekuitas tersebut.
"Sejauh ini ada perusahaan pengelola WTE yang berencana mempertahankan kepemilikannya 51% atau lebih. Kami akan mendiskusikan hal ini lebih lanjut, namun target kami adalah agar proyek ini selesai tepat waktu," kata Pandu di kantornya, Senin (3/11).
Pandu memberikan sinyal bahwa kepemilikan Danantara dalam setiap WTE setidaknya mencapai 30%. Namun kepemilikan saham tidak akan menjadi fokus utama selama setiap proyek WTE selesai tepat waktu pada kuartal pertama tahun depan. Pandu menghitung mayoritas pendanaan proyek WTE akan berasal dari utang perbankan atau mencapai 70%.
Pandu juga menyampaikan saat ini telah banyak bank yang tertarik untuk menyediakan pendanaan, baik dari dalam maupun luar negeri. Dia menilai tingginya minat perusahaan untuk berkontribusi dalam program WTE adalah tingginya tingkat pengembalian investasi secara komersial. Akan tetapi, Pandu tidak menjelaskan lebih lanjut berapa persentase pengembalian investasi yang dimaksud.
"Secara formasi modal, proyek WTE termasuk bagus karena banyak bank swasta nasional, bank asing, maupun bank pelat merah yang berminat. Proyek ini akan menjadi contoh pendanaan proyek dengan skema crowding-in," katanya.
