Wall Street Tergelincir, Saham Teknologi dan Suku Bunga The Fed Tekan Pasar

Karunia Putri
14 November 2025, 06:16
Wall Street
NYSE
Bursa efek New York atau Wall Street
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Bursa Wall Street ditutup turun pada perdagangan Kamis (13/11) waktu setempat, terseret koreksi di saham teknologi. Investor juga semakin pesimis terhadap peluang penurunan suku bunga Federal Reserve (The Fed) pada Desember 2025.

Indeks utama tercatat turun signifikan, dengan Dow Jones Industrial Average anjlok 1,65% ke 47.457,22, S&P 500 turun 1,66% ke 6.737,49, dan Nasdaq Composite merosot 2,29% ke 22.870,36. Bersama Russell 2000, ketiga indeks ini mencatatkan kinerja harian terburuk sejak 10 Oktober.

Tekanan jual kembali terutama menimpa saham teknologi, khususnya emiten yang bergerak di bidang kecerdasan buatan (AI). Meski Nasdaq sempat mengawali minggu dengan kuat, indeks ini kini membukukan penurunan tiga hari beruntun, terseret kejatuhan saham raksasa seperti Nvidia, Broadcom, dan Alphabet.

“Menurut saya, ini adalah proses konsolidasi yang alami,” ujar Ron Albahary, Chief Investment Officer Laird Norton Wealth Management, dikutip dari CNBC, Jumat (14/11).

Albahary menambahkan, narasi seputar AI masih didukung ekspektasi bahwa belanja modal besar di sektor ini akan menghasilkan manfaat nyata bagi perekonomian.

Sektor seperti layanan kesehatan, manufaktur, dan industri mulai merasakan dampaknya, memperkuat pandangan bahwa investasi AI akan meningkatkan produktivitas secara luas.

Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga The Fed

Ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga oleh The Fed pada Desember juga menekan pergerakan ekuitas. Peluang The Fed menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin kini diperkirakan hanya sekitar 51%, turun dari 62,9% pada sehari sebelumnya, menurut CME FedWatch Tool.

Ketidakpastian pasar juga dipengaruhi penutupan pemerintahan AS yang berkepanjangan, sehingga sejumlah data ekonomi penting, termasuk laporan ketenagakerjaan Oktober dan inflasi, tidak dirilis.

Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt menyebut laporan-laporan itu mungkin tidak akan pernah dirilis. Penutupan ini berpotensi menekan pertumbuhan ekonomi kuartal keempat hingga 2 poin persentase, meski sebagian besar ekonom memandang dampaknya terhadap PDB minimal.

Penutupan pemerintahan yang berlangsung lebih dari enam minggu itu resmi berakhir Rabu malam setelah Presiden Donald Trump mengesahkan RUU pendanaan pemerintah. Undang-undang ini, yang sudah disetujui DPR dan Senat, akan mendanai operasional pemerintah hingga akhir Januari.

“Kami memperkirakan sebagian data yang hilang selama penutupan akan tetap tidak lengkap. Masih ada pertanyaan mengenai seperti apa gambaran inflasi dan ketenagakerjaan ketika laporan tersebut akhirnya dirilis,” kata Chief Market Strategist BMO Private Wealth Carol Schleif.

Menurut Schleif, tidak menutup kemungkinan volatilitas pasar meningkat dalam beberapa pekan ke depan seiring pemerintah kembali beroperasi dan data ekonomi mulai dipublikasikan lagi.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Karunia Putri

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...