IHSG Diramal 8,700 Imbas Window Dressing dan Nataru, Intip Daftar Saham Pilihan

Nur Hana Putri Nabila
18 November 2025, 10:47
Apa Itu Investasi Saham
Pexels
Apa Itu Investasi Saham
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Sejumlah analis menilai menjelang akhir tahun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan bergairah di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada akhir tahun. Analis Mirae Asset Sekuritas bahkan memprediksi fenomena window dressing dan menargetkan IHSG bisa mencapai 8.700 pada akhir 2025 ini. 

Window dressing adalah aksi yang biasa dilakukan manajer investasi dan emiten demi mempercantik portofolio atau performa laporan keuangan. Lewat strategi ini, tampilan portofolio dana yang dikelola atau laporan keuangan emiten menjadi kian menarik di mata investor atau pemegang saham. 

Fenomena window dressing berhubungan erat dengan dua momen lainnya, yakni Santa Claus Rally dan January Effect. Momentum yang berlangsung sejak Desember hingga awal tahun itu biasanya dinanti para pelaku pasar, karena selalu menjanjikan kenaikan harga saham di luar kebiasaan. 

Chief Economist & Head of Research Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Rully Arya Wisnubroto, mengungkapkan bahwa setelah solidnya rilis data PDB kuartal III 2025 IHSG berhasil menembus level 8.300 untuk pertama kalinya. IHSG bahkan ditutup pada rekor tertinggi pada perdagangan Senin (17/11) ke 8.416 didorong oleh arus masuk investor asing.

“Kami menaikkan target IHSG menjadi 8.700 dari sebelumnya 6.900, didukung oleh tren positif fundamental ekonomi saat ini dan arus masuk modal asing yang berkelanjutan,” kata Rully dalam risetnya, dikutip Selasa (18/11). 

Sejumlah saham unggulan Mirae Sekuritas berdasarkan kinerja industri pada kuartal ketiga yakni PT XLSMART Telecom Sejahtera Tbk (EXCL), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Vale Indonesia Tbk (INCO), PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS), dan PT Cisarua Mountain Dairy Tbk (CMRY).

Di samping itu, ia mengatakan sektor manufaktur dan telekomunikasi mencatatkan pertumbuhan yang kuat pada kuartal III 2025. Dari sisi lapangan usaha, teknologi informasi dan komunikasi menjadi sektor dengan performa paling menonjol, tumbuh 9,65% secara tahunan atau year on year (yoy) hingga mencetak level tertinggi dalam 19 kuartal terakhir, seiring meningkatnya permintaan layanan komunikasi.

Kemudian industri manufaktur juga menunjukkan kinerja solid dengan pertumbuhan 5,54% yoy. Pertumbuhan ini terutama didorong oleh subsektor logam dasar yang melonjak 18,6% yoy, serta sektor kimia, farmasi, dan obat tradisional yang tumbuh 11,65% yoy. Industri makanan dan minuman turut mencatat kinerja positif dengan pertumbuhan 6,49% yoy di periode yang sama.

PDB Indonesia Tumbuh Kuat

Rully juga menjelaskan bahwa sepanjang kuartal III 2025, pertumbuhan PDB Indonesia menunjukkan kinerja yang kuat dengan ekonomi tumbuh 5,04% secara tahunan (yoy) atau 1,4% secara kuartalan (QoQ). Pertumbuhan ini ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang tetap tangguh serta investasi yang mencatat kinerja solid.

“Dan kebijakan pemerintah yang mendukung, dan permintaan global yang lebih baik dari perkiraan,” kata Rully.

Di samping itu, ia mengatakan ekspor Indonesia juga terus menunjukkan kinerja kuat, tumbuh 9,9% yoy. Berdasarkan data neraca perdagangan bulanan, aktivitas perdagangan internasional sepanjang 2025 tercatat lebih tinggi dibandingkan 2024, meski perekonomian global masih dibayangi ketidakpastian.

Sementara itu, kata Rully, konsumsi rumah tangga tetap relatif solid, meski sedikit melambat karena faktor musiman. Investasi pun mencatat pertumbuhan yang cukup kuat, didorong oleh peningkatan signifikan belanja pemerintah. Mirae Asset optimistis bahwa konsumsi rumah tangga memiliki potensi untuk pulih di atas 5% yoy pada akhir tahun. 

“Kami percaya bahwa pada 4Q25, ekonomi kemungkinan akan tumbuh dengan laju yang lebih tinggi dibandingkan 3Q25,” ucap Rully.

Gebyar Dividen Interim Akhir Tahun

Selain itu, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, menilai saat ini terdapat peluang menarik bagi investor untuk memanfaatkan momentum pembagian dividen interim untuk tahun buku 2025. Ia menyebut sektor energi, konsumer, dan keuangan berpotensi memberikan dividend yield tinggi.

Nafan juga menyoroti sejumlah saham yang dinilai menarik dari sisi valuasi maupun buyback. Big bank yang diperdagangkan di bawah nilai wajarnya dan memiliki program buyback, ia merekomendasikan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).

Sementara itu, deretan saham dengan valuasi murah tetapi menawarkan dividen menarik, ditambah potensi buyback di antaranya:

  1. PT Aspirasi Hidup Indonesia Tbk (ACES)
  2. PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO)
  3. PT Astra International Tbk (ASII)
  4. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI)
  5. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI)
  6. PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN)
  7. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI)
  8. PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA)
  9. PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA)
  10. PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG)
  11. PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS)
  12. PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM)
  13. PT United Tractors Tbk (UNTR)



Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Nur Hana Putri Nabila

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...