Ada Angin Segar Danantara ke Emiten Unggas, Ini Target Harga CPIN, JPFA, AYAM

Karunia Putri
21 November 2025, 05:55
peternak ayam, danantara, emiten unggas
ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/Spt.
Ilustrasi.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara atau Danantara akan menyiapkan investasi mencapai Rp 20 triliun untuk mendanai proyek peternakan ayam terintegrasi. Kebijakan ini dinilai berpotensi menguntungkan sejumlah emiten unggas di dalam negeri.

Head of Research Kiwoom Sekuritas, Liza Camelia Suryanata mengatakan skema pembiayaan tersebut dirancang untuk memperkuat rantai pasok daging ayam nasional. Ia menekankan bahwa program ini bukan ditujukan untuk membantu BUMN peternakan, tetapi menyasar penguatan ekosistem dari hulu ke hilir.

Menurut Liza, terdapat lima emiten unggas yang berpotensi terdampak positif dari kebijakan tersebut. Ia mengelompokkan emiten-emiten tersebut dalam tiga kategori berdasarkan tingkat keuntungan yang akan diterima.

Emiten yang dinilai paling diuntungkan:

  • PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN): Skala usaha besar, margin kuat, permintaan pakan tinggi, serta risiko oversupply lebih rendah dibandingkan pesaing. CPIN dinilai paling siap menjadi simpul ekosistem Makan Bergizi Gratis (MBG).

  • PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA): Terbantu stabilisasi harga serta kenaikan permintaan anak ayam berumur satu hari yang baru menetas atau Day Old Chick (DOC) dan pakan, meski masih sensitif terhadap pergerakan harga ayam hidup.

  • PT Janu Putra Sejahtera Tbk (AYAM): Sebagai mini-integrator dengan fasilitas RPA, berpotensi masuk rantai pasok MBG. Pembiayaan Danantara dinilai dapat mendorong ekspansi tanpa beban belanja modal.

Emiten yang cukup diuntungkan, tetapi sensitif:

  • PT Malindo Feedmill Tbk (MAIN): Berpeluang meningkatkan volume, tetapi margin usaha yang tipis membuat perseroan rentan terhadap risiko oversupply.

Emiten paling rentan:

  • PT Widodo Makmur Unggas Tbk (WMUU): Sangat sensitif terhadap harga ayam hidup dan struktur biaya. Meski dapat membukukan keuntungan besar jika pasokan stabil dan terserap MBG, perseroan menjadi yang paling cepat terdampak jika terjadi oversupply atau perang harga.

Liza menjelaskan, model pembiayaan Danantara pada dasarnya menyambungkan BUMN sektor hulu dengan peternak kecil di hilir. Mekanisme ini selaras dengan pola perusahaan besar (inti) - kecil (plasma), yang selama puluhan tahun menjadi fondasi industri unggas Indonesia.

Dalam pola tersebut, perusahaan integrator menyediakan pakan untuk anak ayam (Days Old Chick/DOC),  obat-obatan, pendampingan teknis, serta bertindak sebagai offtaker. Sedangkan peternak plasma menjalankan operasional kandang.

“Karena itu, suntikan dana Danantara kepada peternak bukan hanya memperbesar kapasitas produksi peternak kecil, tetapi juga memperluas ekosistem integrator besar maupun menengah, sekaligus membuka peluang ekspansi bagi pemain yang lebih kecil,” ujar Liza dalam risetnya, Kamis (20/11).

Siapa yang Paling Untung?

Liza menjelaskan, emiten  CPIN, JPFA dan MAIN merupakan integrator skala nasional dengan ekosistem yang sudah matang. Karena itu, ketiganya dinilai paling kompatibel dengan skema pembiayaan peternak kecil oleh Danantara. Dengan adanya pendanaan tersebut, jumlah peternak plasma yang dapat diserap integrator diperkirakan bakal meningkat.

Kondisi ini akan mendorong kenaikan permintaan berbagai input produksi, mulai dari DOC, pakan, obat-obatan, hingga vitamin. Selain itu, kapasitas broiler nasional ikut bertambah sehingga pasokan untuk program MBG lebih terjamin.

“Karena program MBG membutuhkan pasokan ayam dan telur berkelanjutan, integrator besar akan menikmati kenaikan volume dari peternak kecil yang kini lebih bankable,” ujar Liza.

Menurut Liza, terdapat sejumlah dampak positif bagi emiten besar seperti CPIN, JPFA dan MAIN. Di antaranya meningkatnya permintaan DOC, pakan, dan obat-obatan; risiko piutang peternak kecil yang menurun, stabilitas harga yang lebih baik, dan peluang bagi perusahaan untuk mengelola ekosistem baru. 

Namun, ada pula risiko yang harus diwaspadai, seperti potensi over-supply nasional, kemungkinan intervensi harga, serta bergesernya dominasi swasta jika BUMN memiliki peran lebih besar dalam rantai pasok Danantara.

“Jika BUMN memainkan peran besar dalam supply chain Danantara, bargaining power integrator besar bisa sedikit turun, tergantung desain finalnya,” kata dia.

Sementara itu, emiten skala menengah-kecil seperti AYAM dan WMUU juga berpotensi meraih keuntungan. Meski bukan pemimpin pasar unggas, kedua perusahaan ini sangat bergantung pada ekspansi perusahaan besar untuk meningkatkan skala bisnis mereka.

Liza menjelaskan, dua emiten plasma AYAM dan WMUU justru sangat kompatibel dengan program Danantara karena tiga alasan utama. Pertama, mereka membutuhkan tambahan perusahaan besar untuk memperbesar volume tanpa beban belanja modal besar. Kedua, peternak kecil yang dibiayai negara bisa langsung menjadi basis produksi baru bagi mereka. Ketiga, pembiayaan Danantara mengurangi risiko kredit, karena beban finansial plasma ditanggung negara, bukan perusahaan.

“Skema ini justru memberi AYAM dan WMUU kesempatan tumbuh lebih cepat dibanding kondisi status quo,” ujarnya.

Target Harga Emiten Unggas 

Seiring prospek cerah emiten-emiten unggas tanah air berkat rencana Danantara, Head of Research MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memberikan target harga untuk  masing-masing emiten, sebagai berikut:

  1. PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN), target harga ke level 4.900-5.000
  2. PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA), target harga ke level 2.550-2.600
  3. PT Malindo Feedmill Tbk (MAIN), target harga ke level 860-890
  4. PT Janu Putra Sejahtera Tbk (AYAM), target harga ke level 320-330

Sementara itu, Herditya tidak memberikan rekomendasi harga untuk saham PT Widodo Makmur Unggas Tbk (WMUU). "WMUU no comment," katanya.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Karunia Putri
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...