Katalis Jumbo Raharja Cepu (RATU) dari 7 Akuisisi, Harga Saham Bisa ke Rp20.000?
Anak usaha PT Rukun Raharja Tbk (RAJA), yakni PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU) telah mengamankan sejumlah blok migas raksasa sepanjang 2025. Perseroan juga tengah menyiapkan ekspansi jangka panjang melalui strategi tujuh akuisisi.
Berdasarkan riset Samuel Sekuritas, dalam rencana investasi hulu RATU menargetkan akuisisi tujuh blok dalam tiga tahun, dengan dua blok pertama dirampungkan pada kuartal keempat 2025 hingga paruh pertama 2026. Adapun jangka pendek 1–3 tahun, RATU akan fokus pada investasi non-operasional dan memburu kontrak Production Sharing Contract (PSC) berkapasitas besar.
“Selama fase ini, RATU akan bertindak sebagai pemegang kepentingan partisipatif, memanfaatkan modal untuk memperoleh saham strategis dalam PSC besar sambil meminimalkan tanggung jawab operasional,” demikian tertulis dalam riset Samuel Sekuritas, dikutip Rabu (3/12).
Dalam jangka menengah 3–5 tahun, RATU berencana mulai masuk ke investasi operasional dengan membidik Production Sharing Contract (PSC) berproduksi lebih kecil, sehingga perusahaan dapat membangun kapabilitas operasionalnya secara bertahap. Sementara itu dalam horizon jangka panjang 6–10 tahun, RATU menargetkan ekspansi ke PSC dengan skala lebih besar di Indonesia yang fokusnya pada aset ber-IRR di atas 10% serta didukung struktur pendanaan 80:20 antara utang dan ekuitas.
Samuel Sekuritas menyebut RATU memiliki tujuh rencana akuisisi yang tengah disiapkan untuk tiga tahun ke depan dengan nilai transaksi antara US$ 10 juta atau Rp 166,25 miliar hingga US$ 150 juta per akuisisi atau Rp 2,49 triliun. Pada periode kuartal keempat 2025–semester pertama 2026, perusahaan memperkirakan dapat merampungkan dua akuisisi blok, yang keduanya ditargetkan tuntas pada paruh pertama 2026.
Sinergi dengan Ekosistem Barito Group
Kemudian Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) RATU pada April 2025 menjadi momentum masuknya jajaran manajemen baru yang memiliki afiliasi dengan Barito Group. Hal ini terlihat dari posisi Merly sebagai komisaris di BREN, Star Energy Geothermal, dan Chandra Daya Investasi (CDIA). Lalu kehadiran Adrian Hartadi yang memiliki rekam jejak di CDIA dan PT Chandra Asri Pacific.
Keterlibatan Barito Group juga tercermin dari investasi langsung CDIA senilai US$ 9,4 juta atau sekitar Rp 158 miliar di RATU, yang setara dengan kepemilikan sekitar 5%. Selain itu, adanya hubungan kepemilikan silang antara Barito Group (melalui PTRO) dan Happy Hapsoro yang membuka peluang sinergi operasional.
Samuel Sekuritas melihat valuasi premium historis pada saham-saham yang berafiliasi dengan Barito Group seperti BREN, CUAN, PTRO, dan CDIA, pasar diperkirakan akan memberikan penilaian positif serupa kepada RATU.
Samuel Sekuritas merekomendasikan speculative buy untuk saham RATU dengan target harga Rp 20.000 per saham. Adapun merujuk perdagangan Rabu (3/12) harga saham RATU berada di level 11.775 didorong oleh kuatnya prospek pertumbuhan laba jangka panjang melalui rencana akuisisi blok migas.
Tak hanya itu Samuel Sekuritas juga memperkirakan dorongan tambahan terhadap harga saham setelah RATU masuk ke MSCI Small Cap Index pada rebalancing Agustus 2025. Sejak Agustus hingga November 2025, investor asing tercatat membukukan pembelian bersih Rp 208 miliar. Dengan bobot 0,2% di MSCI Indonesia Small Cap, RATU berpotensi menarik aliran dana pasif hingga US$ 34 juta atau sekitar Rp 573 miliar menggunakan asumsi kurs 16.850 per dolar AS.
“Risiko terhadap pandangan kami meliputi harga minyak yang lebih rendah dari perkiraan dan penundaan jadwal akuisisi blok baru,” ucap tim Analis Samuel Sekuritas.
