Langkah OJK Menjemput Kembali BUMN ke Lantai Bursa
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tengah berupaya mendorong perusahaan-perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) kembali melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Langkah ini diambil menyusul absennya perusahaan pelat merah menggelar penawaran umum perdana atau IPO dalam dua tahun terakhir.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Inarno Djajadi menyebut, keterlibatan BUMN dan anak usahanya di pasar modal memiliki peran penting dalam memperkuat likuiditas dan perluasan instrumen investasi.
“Untuk itu, OJK secara berkelanjutan melaksanakan program pendalaman pasar bersama SRO dan para pelaku pasar modal, seperti perusahaan efek,” kata Inarno dalam jawaban tertulis konferensi pers RDKB Oktober 2025, dikutip Jumat (12/12).
Melalui program tersebut, menurut dia, OJK dapat melakukan sosialisasi dan diskusi dengan perusahaan yang dinilai siap melantai di bursa, termasuk perusahaan BUMN dan anak usahanya.
Inarno menilai, kegiatan tersebut mampu meningkatkan pemahaman mengenai proses IPO dan memetakan tantangan yang dihadapi calon emiten. Meski begitu, Inarno menegaskan bahwa keputusan untuk melaksanakan IPO tetap sepenuhnya berada di tangan masing-masing perusahaan.
“Peran OJK adalah memastikan proses berjalan secara profesional, transparan, serta melindungi kepentingan investor,” ujarnya.
Adapun emiten pelat merah terakhir yang melantai di bursa adalah PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) pada 24 Februari 2023. Sebelumnya, pasar modal Indonesia sempat mendengar rencana IPO sejumlah nama perusahaan BUMN seperti PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau Inalum, PT Pertamina Hulu Energi (PHE) dan PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim). Namun hingga kini, rencana tersebut belum terealisasi.
Sementara itu, Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara atau Danantara sempat menyebut akan mengalokasikan sebesar 80% dana kelolaannya ke pasar modal Indonesia.
Direktur Utama BEI Iman Rachman mengatakan, rencana investasi Danantara dinilai mampu meningkatkan porsi investor institusi domestik, sejalan dengan target bursa ke depan. Dengan hadirnya investor institusi seperti Danantara, Iman menilai akan ada nilai positif ke bursa.
Dia menjelaskan, dominasi investor institusi membawa dua manfaat utama, yakni kapasitas modal yang lebih besar dan kemampuan memberikan dukungan pembiayaan bagi perusahaan untuk mengembangkan usahanya. Namun, ia menegaskan bahwa keputusan berinvestasi sepenuhnya berada di tangan Danantara.
