Kredit Usaha Rakyat Rp 120 T di 2018, Porsi Sektor Produksi Baru 47%
Realisasi penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) sepanjang 2018 tercatat sebesar Rp 120 triliun. Ini artinya, mencapai 97,2% dari target yang sebesar Rp 123,801 triliun. Adapun rasio kredit seret terkendali.
"Sampai dengan 31 Desember 2018 sudah mencapai Rp 120 triliun dengan rasio NPL (kredit seret) 0,24%,” kata Deputi Bidang Koordinasi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Iskandar Simorangkir seperti yang tertulis dalam siaran pers yang dirilis pada Selasa (15/1).
Penyaluran KUR untuk sektor produksi -- pertanian, perikanan, industri, konstruksi, dan jasa-jasa -- masih belum mencapai target yaitu sebesar 50% dari total KUR. Sampai dengan 31 Desember 2018, realisasinya baru 46,8%, meskipun sudah lebih tinggi dibandingkan 2017 yang sebesar 42,3%.
(Baca juga: KUR Produktif Tak Capai Target, BRI Siap Terima Sanksi dari Pemerintah)
Berdasarkan wilayah, KUR masih paling banyak disalurkan di Pulau Jawa dengan porsi penyaluran 55%, diikuti dengan Sumatera 19,4%, dan Sulawesi 11,1%.
Sementara itu, penyaluran KUR tertinggi dicapai oleh BRI sebesar Rp 80,18 triliun, Bank Mandiri Rp 17,58 triliun dan BNI Rp 15,99 triliun.
Tahun ini, penyaluran KUR diusulkan lebih tinggi. “Usulan total plafon KUR 2019 sebesar Rp 140 triliun dengan suku bunga tetap sebesar 7% efektif per tahun,” kata Iskandar.
(Baca: Bidik Peternak dan Nelayan, Plafon KUR Tahun Depan Naik Jadi Rp 140 T)
Adapun total realisasi penyaluran KUR dari Agustus 2015 sampai dengan 31 Desember 2018 mencapai Rp 333 triliun dengan outstanding Rp 126 triliun dan NPL 1%. Penyaluran KUR tersebut masih didominasi KUR Mikro (65,6%), KUR Kecil (34,1%) dan KUR TKI (0,3%).