BTPN Kantongi Laba Bersih Rp 1,62 Triliun di Kuartal III 2018
PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) mengantongi laba bersih Rp 1,62 triliun pada kuartal III 2018, tumbuh 19% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pencapaian laba bersih didorong oleh kenaikan penyaluran kredit, penurunan biaya dana, serta biaya operasional.
“Semua ini memberikan pengaruh positif kepada kemampuan perusahaan dalam mencetak keuntungan (profitabilitas)," kata Direktur Utama BTPN Jerry Ng melalui siaran pers yang diterima Katadata.co.id, Jumat (19/10).
Penyaluran kredit BTPN hingga akhir September 2018 sebesar Rp 67,8 triliun, naik 3% dari Rp65,8 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Sedangkan, total pendanaan (funding) juga naik 3% dari Rp74,9 triliun pada kuartal III 2017 menjadi Rp 77,6 triliun pada kuartal III 2018.
Laju kenaikan kredit yang sejalan dengan pertumbuhan pendanaan ini, membuat beban bunga turun 4% menjadi Rp 3,3 triliun. Meski pendapatan bunga dari penyaluran kredit tidak mengalami perubahan, pendapatan bunga bersih (net interest income) tetap meningkat 2% menjadi Rp 7,3 triliun.
(Baca: BTPN Naikkan Modal Dasar Hingga Dua Kali Lipat)
Likuiditas BTPN hingga kuartal III 2018 tetap terjaga dengan rasio kredit terhadap pendanaan atau loan to funding ratio (LFR) sebesar 87%. Jika memperhitungkan ekuitas perusahaan, rasio likuiditas BTPN sebesar 71%. Adapun, rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) sebesar 25% dan rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) sebesar 1,22%.
Menurut Jerry, tahun ini merupakan periode yang menantang. Dinamika ekonomi akibat berbagai faktor eksternal dan internal ikut memengaruhi bisnis bank. Selain itu, sejak awal tahun BTPN fokus berkonsolidasi dalam rangka menuntaskan penggabungan usaha (merger) dengan Bank Sumitomo Mitsui Indonesia (SMBCI). "Kami bersyukur dapat melewati semua ini dengan tetap mencetak kinerja yang positif,” kata Jerry.
Sementara itu, Jerry mengatakan biaya operasional BTPN pada kuartal III 2018 lebih rendah dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu, berkat optimalisasi platform digital. Biaya operasional rutin perusahaan turun 16%, dari Rp 3,03 triliun menjadi Rp 2,55 triliun selama periode ini. Biaya operasional dan biaya dana yang lebih rendah ini berimbas kepada pendapatan operasional bersih (net operating income) yang tumbuh 18% menjadi Rp 4 triliun.
Jerry mengatakan, transformasi dan inovasi teknologi digital yang dikembangkan sejak 2015 menjadikan BTPN lebih efisien dan lebih kompetitif. BTPN juga melakukan digitalisasi di bisnis yang sudah berjalan, mengubah konsep pelayanan nasabah dari bank-centric, menjadi customer-centric. "Kini BTPN lebih terintegrasi dan lebih fokus pada pemenuhan kebutuhan nasabah secara cepat, mudah, dan aman,” kata Jerry.
(Baca: BTPN-SMBCI Merger, Jumlah Bank Besar di Indonesia Bertambah)