Penyaluran Mei Lambat, BI Optimistis Kredit Tumbuh 10-12% di 2017
Bank Indonesia (BI) optimistis pertumbuhan kredit akan mencapai 10-12 persen tahun ini, meskipun dalam penyaluran Mei 2017 hanya 8,6 persen atau turun dibandingkan April yang tumbuh 9,4 persen. Pertumbuhan ekonomi pada semester kedua diyakini lebih baik di bandingkan periode enam bulan pertama, sehingga mendorong pertumbuhan kredit tahunan 10-12 persen.
"Kami masih optimistis khususnya di semester kedua ini pertumbuhan kredit makin baik. Kami perkirakan bisa tumbuh 10-12 persen," kata Gubernur BI Agus DW. Martowardojo usai Rapat Kerja (Raker) dengan Badan Anggaran (Banggar) di Gedung MPR/DPR, Jakarta, Rabu (5/7).
BI mencatat, kredit yang disalurkan pada bulan Mei 2017 menjadi Rp4.453 triliun atau 8,6 persen lebih rendah dibandingkan April yang tumbuh 9,4 persen.
(Baca: Investasi dan Ekspor Naik, BI Ramal Ekonomi Kuartal II Lebih Tinggi)
Sementara itu Otoritas Jasa Keuangan mencatat pertumbuhan kredit perbankan pada Mei 2017 sebesar 8,71 persen yang naik tipis dibandingkan periode sama 2016 yang mencapai 8,34 persen. Meskipun turun dibandingkan April, OJK melihat pertumbuhan kredit hingga Mei 2017 masih sesuai target pertumbuhan kredit tahun ini di 9-12 persen.
"Masih bagus sejalan dengan Rencana Bisnis Bank," ujar Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman Hadad di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Selasa (4/7).
Penyaluran kredit didorong pertumbuhan Dana Pihak Ketiga pada Mei tumbuh 11,18 persen dibanding Mei 2016. “Jadi kondisi likuiditas kita dalam kondisi yang baik,” kata Muliaman.
Penyaluran kredit paling banyak ke sektor listrik yang tumbuh 31,05 persen, konstruksi 24 persen, perikanan 11,2 persen dan pertanian tumbuh 10,8 persen,
Empat bank badan usaha milik negara berperan signifikan dengan pertumbuhan kredit mencapai 14,81 persen dengan Dana Pihak Ketiga tumbuh 16,77 persen. Salah satunya, Bank BNI memperkirakan kredit Januari-Juni 2017 akan tumbuh menyentuh 15 persen.
(Baca: Kredit BNI Semester I Diprediksi Tumbuh 15%, NPL Turun di Bawah 3%)
Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan pertumbuhan kredit pada kuartal II tahun ini melambat dipengaruhi daya beli masyarakat yang cenderung flat terlihat dari aktivitas manufaktur yang menurun dan mengurangi volume produksi.
Josua juga mengatakan permintaan tidak terlalu signifikan pada Ramadhan karena adanya tekanan inflasi akibat pencabutan subsidi dan kenaikan tarif listrik. “Masih lemahnya daya beli masyarakat berimplikasi langsung pada masih lesunya sektor usaha yang pada akhirnya juga menghambat permintaan kredit,” kata Josua.
Selain terbatasnya permintaan, Josua mengatakan faktor rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) yang mencapai 3,07 persen pada Mei, membatasi penurunan suku bunga kredit.
Pada semester kedua 2017 diperkirakan pertumbuhan ekonomi membaik dengan inflasi yang terkendali diperkirakan dapat menjaga daya beli masyarakat.
Selain itu peningkatan belanja pemerintah lewat proyek infrastruktur diproyeksikan mendorong kredit pada sektor konstruksi, penyediaan listrik serta kredit rumah tangga. Sehingga dia memproyeksikan kredit perbankan dapat tumbuh sekitar 9 – 10 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.