Beban Melonjak, Laba Bersih Bank Permata Anjlok 99,53%
Meski mencatatkan peningkatan pendapatan bunga dan pendapatan operasional, laba bersih PT Bank Permata Tbk sepanjang kuartal I 2020 anjlok 99,53%. Hal ini terjadi karena adanya lonjakan beban operasional, dan beban pajak.
Mengutip laporan keuangan perusahaan, sepanjang kuartal I 2020 Bank Permata mampu meraih pendapatan bunga sebesar Rp 2,55 triliun, naik tipis 1,79% dibanding kuartal I 2019. Sementara, pendapatan syariah tercatat turun 5,12% menjadi Rp 393,99 miliar.
Setelah dikurangi dengan beban, pendapatan bunga dan syariah bersih Bank Permata tercatat sebesar Rp 1,53 triliun, naik 15,32% dibandingkan kuartal I 2019.
"Peningkatan pendapatan bunga dan syariah bersih ini sejalan dengan pertumbuhan kredit sebesar 5,7% secara tahunan. Pertumbuhan kredit terutama ditopang segmen wholesale banking," kata Direktur Utama Bank Permata Ridha Wirakusumah, dalam siaran pers, Jumat (8/5).
Bank Permata juga mencatatkan pendapatan operasional sebesar Rp 2,07 triliun, naik 17,37% dibanding kuartal I 2019 sebesar Rp 1,76 triliun. Peningkatan ini disumbang oleh seluruh pos pendapatan operasional, mulai dari pendapatan komisi hingga penjualan efek-efek.
Meski demikian, sepanjang kuartal I 2020 total beban operasional Bank Permata tercatat sebesar Rp 1,79 triliun, naik 43,21% dibandingkan kuartal I 2019. Peningkatan beban ini membuat laba sebelum pajak penghasilan turun 45,37%.
Peningkatan terbesar pada beban operasional Bank Permata disumbang oleh pos kerugian penurunan nilai aset keuangan, yang tercatat sebesar Rp 621,67 miliar. Jumlah ini meningkat 481,05% dibandingkan kuartal I 2019.
(Baca: Dapat Restu Akuisisi, Bangkok Bank Ganti Komisaris Bank Permata)
Kinerja Bank Permata makin tertekan adanya lonjakan beban pajak penghasilan, dari Rp 136,92 miliar menjadi Rp 279,2 miliar atau naik 103,91% secara tahunan. Hal ini membuat perseroan hanya mampu membukukan laba bersih sebesar Rp 1,73 miliar, anjlok 99,53% dibandingkan kuartal I 2019.
Dari sisi kesehatan keuangan, likuiditas Bank Permata dilaporkan tetap kuat, dengan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 11,4% secara tahunan. Pertumbuhan DPK utamanya disumbang oleh peningkatan dana murah, yakni giro dan tabungan, sebesar 25,8%.
Kemudian, likuiditas Bank Permata juga dilaporkan masih cukup kuat. Ditunjukkan dari rasio likuiditas, yakni loan to deposit ratio (LDR) di kisaran 79,9%.
Demikian juga dengan pengelolaan kredit, masih berjalan dengan baik. Hal ini terlihat dari rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) gross Bank Permata turun dari 3,8% menjadi 3,2% pada kuartal I 2020.
Sementara, NPL coverage ratio Bank Permata tercatat sebesar 152% pada Maret 2020, meningkat dibandingkan posisi per 31 Desember 2019 yang sebesar 133%.
"Hal ini sejalan dengan upaya Bank Permata memperbaiki kualitas kredit, dengan menerapkan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kredit baru. Ditambah dengan, percepatan penyelesaian kredit bermasalah melalui upaya restrukturisasi dan likuidasi," kata Ridha.
(Baca: Akuisisi Bank Permata, Thailand Dobrak Dominasi Jepang & Korea)