Perbankan Ramal Bisnis Pengelolaan Keuangan Tetap Tumbuh Tahun Ini
Bisnis jasa pengelolaan keuangan atau wealth management masih mampu tumbuh di tengah pandemi virus corona atau Covid-19. Meski demikian, pertumbuhannya relatif kecil dibandingkan capaian tahun lalu.
Corporate Secretary PT Bank Mandiri Tbk Rully Setiawan mengungkapkan, posisi dana kelolaan wealth management Bank Mandiri hingga Mei 2020 tercatat sebesar Rp 217 Triliun, tumbuh 9% secara tahunan (year on year/yoy).
"Dalam wealth management Bank Mandiri, dana kelolaan dari produk reksa dana masih tumbuh 7,5% yoy. Sementara, dana kelolaan dari produk surat berharga tumbuh 1,1% yoy," kata Rully, kepada Katadata.co.id, Rabu (24/6).
Ia menambahkan, ke depan produk yang berpotensi terangkat dari lini wealth management adalah obligasi pemerintah atau surat berharga negara (SBN). Alasannya, sentimen penurunan suku bunga acuan, baik di dalam maupun luar negeri, serta rendahnya inflasi bakal memicu potensi peningkatan pada pasar obligasi pemerintah.
Indikasi potensi ini terlihat dari tumbuhnya dana kelolaan Bank Mandiri pada instrumen obligasi pemerintah, sebesar 17,6% sejak awal tahun (year to date/ytd).
Di sisi lain, produk-produk seperti obligasi korporasi dan reksa dana saham berkapitalisasi kecil penjualannya bakal lebih selektif dan dikurangi. Alasannya, ada kekhawatiran pada emiten yang kondisi keuangannya terganggu imbas pandemi corona.
“Saat ini kami lebih fokus untuk mencapai pendapatan dari bisnis wealth management, melalui beberapa strategi pengelolaan portofolio. Seperti, cross selling dan rebalancing portfolio, sesuai dengan kondisi market dan kebutuhan nasabah,” ujarnya.
(Baca: Genjot Digitalisasi, Bank Mandiri Perkuat Penetrasi E-Money di iOS)
Sedangkan, dana kelolaan yang tetap tumbuh adalah pada produk reksa dana pasar uang dan deposito. Pasalnya, belum kondusifnya situasi pasar modal, menyebabkan nasabah melakukan penempatan di produk-produk jangka waktu pendek dan memiliki tingkat likuiditas yang tinggi.
Meski begitu, beberapa nasabah yang memiliki profil agresif tetap melakukan pembelian produk reksa dana non-pasar uang, seperti saham. Hal ini ditunjukkan dari meningkatnya dana kelolaan pada produk reksa dana saham, yang naik 9,4%.
Sementara, Corporate Secretary PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) Amam Sukriyanto mengatakan, tren bisnis wealth management kini mengalami potensi perlambatan. Alasannya, ada keterbatasan pemasaran langsung kepada nasabah.
"Sehingga dibutuhkan strategi transaksi online dan finansial advisor experience yang kuat, dalam rangka menghadapi era normal baru," katanya.
Itu sebabnya, BRI fokus menawarkan investasi pada instrumen produk dengan resiko yang lebih aman, seperti Tabungan BRI, Deposito BRI, SBN, reksa dana pasar uang, serta asuransi jiwa dan kesehatan.
Amam berharap, dengan strategi tersebut bisnis wealth management BRI tetap stabil, dan tetap meningkat dari sisi penghimpunan dana pihak ketiga maupun fee based income.
“Hingga akhir Mei 2020, Amam menambahkan, total asset under management BRI sebesar Rp 124,8 T, tumbuh sebesar 8% ytd dan 23% yoy, sejalan dengan target pertumbuhan asset under management BRI tahun ini,” kata Amam.
(Baca: Di Masa Pandemi, Transaksi Digital Banking BRI Naik Hampir 100 Persen)