Pandemi Belum Terkendali, Ramalan Ekonomi RI Dipangkas hingga Minus 2%
Bank Dunia kembali memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini menjadi negatif hingga 2% dari proyeksi sebelumnya yang masih tumbuh 0%. Ekonomi Asia Timur dan Pasifik diperkirakan tumbuh 0,3%.
Berdasarkan laporan terbaru Bank Dunia yang dirilis Selasa (29/9), Indonesia bersama dengan Filipina dianggap belum mampu mengendalikan pandemi Covid-19. Sejauh ini, Indonesia belum memberlakukan karantina yang ketat, berbeda dengan Filipina yang telah membuka dan menutup karantina secara ketat di negaranya.
"Kedua negara memiliki keuntungan dari populasi muda tetapi menderita dari sisi sektor informal yang besar," tulis Bank Dunia dalam laporan kawasan Asia Timur dan Pasifik edisi Oktober 2020.
Tambahan kasus Covid-19 di Indoensia pada Senin (29/9) masih mencapai 3.509 sehingga total menjadi 278.722 . Sebanyak 206.870 pasien dinyatakan sembuh dan 10.473 orang meninggal dunia.Masih terdapat kasus aktif mencapai 61.379 orang.
Sementara berdasarkan data Worldometer.info, kasus positif Covid-19 di Filipina mencapai 307.288 kasus. Sebanyak 252.655 orang berhasil sembuh, sedangkan 5.381 orang meninggal dunia. Masih ada kasus aktif mencapai 49.242 orang.
Namun, Indonesia dinilai jauh lebih sedikit terekspos sisi perdagangan internasional, pariwisata, dan pengiriman uang dibandingkan Filipina. Oleh karena itu, proyeksi perekonomian Indonesia masih lebih baik dari negara yang dipimpin oleh Rodrigo Duterte tersebut.
Ekonomi Filipina pada tahun ini diperkirakan terkontraksi 6,9% pada skenario dasar dan 9,9% pada skenario terburuk. Sementara ekonomi Indonesia diperkirakan negatif 1,6% pada skenario dasar dan 2% pada skenario lebih buruk.
Meski demikian, prediksi tersebut masih dilingkupi ketidakpastian. Faktor internal mendominasi ketidakpastian untuk proyeksi ekonomi Indonesia, sedangkan ekonomi Filipina diliputi ketidakpastian internnal dan eksternal.
Bank Dunia menyebut kawasan Asia Timur dan Pasifik mengalami tiga guncangan, yakni pandemi Covid-19, dampak dari langkah-langkah pembatasan sosial, serta gema dari resesi global akibat krisis.
Kegiatan ekonomi domestik mulai pulih di beberapa negara yang mampu menahan penyebaran virus, tetapi ekonomi kawasan sangat bergantung pada bagian dunia lain dan permintaan global yang masih lemah.
Perekonomian kawasan Asia Timur dan Pasifik hanya akan tumbuh 0,9% pada 2020, tingkat terendah sejak 1967. Tiongkok diperkirakan tumbuh 2% pada 2020 didorong oleh pengeluaran pemerintah, ekspor yang lebih kuat, dan tingkat kasus baru Covid-19 yang rendah. Sementara sisa wilayah Asia Timur dan Pasifik diperkirakan minus hingga 3,5
ADB sebelumnya memproyeksi pertumbuhan ekonomi negara berkembang di kawasa Asia lebih buruk dari ramalan Bank Dunia yakni terkontraksi 0,7% pada tahun ini.
Kendati demikian, prospek kawasan Asia Timur dan Pasifik akan lebih cerah pada tahun depan. Tiongkok akan tumbuh mencapai 7,9%, sedangkan pertumbuhan kawasan lain diperkirakan mencapai 5,1%.
Prediksi ini dibuat berdasarkan asumsi pemulihan yang berkelanjutan dan normalisasi aktivitas di negara-negara besar, terkait dengan kemungkinan kedatangan vaksin. Namun, perekonomian tetap jauh di bawah proyeksi pra-pandemi selama dua tahun ke depan.
Bank Dua memperkirakan beberapa negara kepulaun Pasifik yang sangat terpapar masih akan mengalami penurunan perekonomian mencapai 10% dibandingkan tingkat sebelum krisis hingga 2021.
Rata-rata pemerintah negara kawasan ekonomi Asia Timur dan Pasifik berkomitmen untuk memperkuat sistem kesehatan masyarakat, mendukung rumah tangga, dan membantu perusahaan menghindari kebangkrutan dengan mengalokasikan anggaran mencapai 5% terhadap PDB. Namun, beberapa negara mengalami kesulitan untuk meningkatkan program perlindungan sosial.
Laporan tersebut memperingatkan bahwa tanpa tindakan di berbagai bidang, pandemi dapat mengurangi pertumbuhan regional selama dekade berikutnya sebesar 1 poin persentase per tahun. Dampak terbesar dirasakan oleh rumah tangga miskin, karena tingkat akses yang lebih rendah ke perawatan kesehatan, pendidikan, pekerjaan, dan keuangan.
Proyeksi Bank Dunia sebenarnya tak berbeda jauh dengan prediksi pemerintah. Menteri Keuangan Sri Mulyani sebelumnya memprediksi ekonomi Indonesia pada tahun ini berpotensi terkontraksi 1,7%. Ekonomi Indonesia akan kembali mengalami kontraksi ekonomi pada kuartal ketiga tahun ini sebesar 0,5% hingga 2% sehingga resmi masuk dalam jurang resesi.
Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III masih akan berada pada teritori negatif tetapi dengan arah membaik dibandingkan kuartal II. Hal ini sejalan dengan dinamika ekonomi global di mana banyak negara-negara dunia yang juga sudah memasuki resesi kecuali Vietnam dan Tiongkok yang masih mencatat pertumbuhan positif. Namun demikian, resesi yang dialami oleh Indonesia tidak akan sedalam negara-negara sekawasan.
"Seperti India, Filipina, Malaysia, Thailand dan Singapore, maupun negara-negara maju di Kawasan Eropa dan AS," tulis Andry dalam keterangan resminya, Jakarta, Kamis (24/9). Ekonomi Indonesia pada 2020 diprediksi berada di antara minus 2% hingga 1%. Namun, perekonomian akan mulai memasuki masa pemulihan pada 2021.