Bank Mandiri Kaji Opsi Pembentukan Bank Digital
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk buka-bukaan soal rencana pembentukan bank baru yang khusus menangani digital untuk memperluas layanan perbankan perusahaan. Sebagai langkah awal, bank pelat merah ini mengkaji semua opsi yang tersedia untuk mengembangkan bank digital.
"Kami akan terus kaji semua opsi strategi untuk perluasan layanan digital banking untuk nasabah ritel dan wholesale kami," kata Direktur Manajemen Risiko Bank Mandiri Ahmad Siddik Badruddin dalam paparan publik secara virtual, Rabu (8/9).
Siddik mengatakan semua opsi ada di atas meja bank Mandiri untuk pengembangan bisnis layanan digital sehingga Bank Mandiri terus melihat opsi mana yang terbaik untuk nasabah, baik ritel maupun wholesale. Namun, emiten berkode saham BMRI itu mengaku belum berencana mengakuisisi bank baru seperti yang dilakukan sejumlah bank swasta beberapa waktu terakhir.
"Tapi saat ini belum ada rencana untuk pembelian bank," kata Siddik menegaskan.
Direktur Keuangan & Strategi Bank Mandiri Sigit Prastowo mengatakan Bank Mandiri menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (Capex) mencapai Rp 2 triliun untuk pengembangan teknologi informasi (TI). Nilai tersebut belum termasuk biaya operasional.
"Kalau ditotal, kurang lebih antara Rp 3,5 triliun sampai Rp 4 triliun kami belanjakan untuk teknologi informasi," katanya.
Sebagian kecil belanja modal dianggarkan untuk Livin', platform digital banking milik Bank Mandiri. Sigit mengatakan anggarannya Rp 500 miliar, tergolong kecil karena investasi Livin' sudah dilakukan sejak akhir 2019 dan sepanjang 2020. Dengan demikian, saat ini sudah relatif tidak butuh anggaran besar.
"Tapi kami terus kembangkan karena di saat yang sama, kami juga sedang mengembangkjan super app yang lain untuk wholeshale yang secara bersamaan akan launching, mudah-mudahan di kuartal keempat 2021 ini," katanya.
Siddik mengatakan, sejauh ini Bank Mandiri sudah menyalurkan kredit menggunakan layanan digital khusus nasabah wholesale, segmen yang menopang kredit Bank Mandiri. Hingga Juni 2021, sudah ada 316,6 ribu nasabah yang menggunakan platform tersebut atau tumbuh 14,8% secara tahuan.
Siddik menyampaikan nilai nominal dari transaksi nasabah wholesale menggunakan layanan digital tersebut mencapai Rp 5,61 triliun atau mengalami pertumbuhan 33,4% secara tahunan. Sementara, untuk frekuensi transaksi mencapai 54,6 juta kali atau tumbuh 18,8% secara tahunan.
"Kami punya portofolio wholesale cukup dominan sekitar 65%, sehingga kami kembangkan layanan digital wholesale supaya nasabah wholesale kami memiliki solusi bagi semua kebutuhan finansial transaksinya," kata Siddik.
Dia mengatakan ada beberapa strategi untuk mengembangkan layanan digital wholesale ini. Pertama dengan melakukan perbaikan pada pengalaman pelanggan melalui peningkatan pengalaman nasabah (user experience) dan penampilan (user interface).
Bank Mandiri juga meningkatkan kemampuan fitur digitalnya dalam portal front end dan kapabilitas yang cepat, handal, dan inisiasi proses transaksi yang aman. Selain itu yang dilakukan Bank Mandiri adalah melakukan optimalisasi ekosistem, mengoptimalkan potensi bisnis dengan klien utama dan rantai nilai untuk menciptakan potensi cross selling antara pemasok dan konsumen akhir.
Begitu pula dengan peningkatan fitur khusus dengan pengembangan fitur baru yang bertujuan untuk mempermudah dan mempercepat layanan transaksi nasabah. Antara lain koneksi host to host dengan perusahaan perencanaan sumber daya perusahaan (enterprise resource planning/ERP).