BNI Terus Memperkuat Fundamental Bisnis
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. memperkuat fundamental bisnis tercermin dari kinerja semester I - 2021. BNI mencatatkan penyaluran kredit sehat yang didominasi sektor-sektor usaha prospektif dengan risiko rendah terutama pada segmen business banking.
Sampai pengujung Juni 2021, perseroan mencatat pertumbuhan penyaluran kredit di segmen business banking sebesar 3,5 persen secara year on year (yoy) atau senilai Rp 475,6 triliun. Pada periode yang sama tahun lalu, penyaluran kredit di segmen ini sejumlah Rp 459,6 triliun.
Direktur Utama BNI Royke Tumilaar menyebutkan, pertumbuhan kredit tertinggi ada di segmen usaha kecil sebesar 20,6 persen (yoy) dengan baki debet Rp 91 triliun. Pertumbuhan tertinggi berikutnya diikuti corporate private sebesar 7,9 persen (yoy) dengan baki debet Rp 179,1 triliun, pada periode yang sama 2020 sebesar Rp 165,9 triliun.
Selain kredit korporasi, segmen consumer banking juga mencatat pertumbuhan sebesar 10,4 persen secara year on year atau mencapai Rp 92,8 triliun. Kredit Tanpa Agunan (KTA) berbasis payroll tumbuh 19,6 persen menjadi Rp 32,7 triliun secara year on year pula.
Setelah itu, disusul Kredit Pemilikan Rumah (KPR) tumbuh 6,3 persen menjadi Rp 47,6 triliun dibandingkan dengan semester I - 2020. Pertumbuhan kredit consumer juga dapat mengindikasikan konsumsi masyarakat mulai kembali bergairah, dan ini yang menopang pertumbuhan PDB Nasional.
Pertumbuhan bisnis tersebut juga membuat BNI, pada semester I tahun ini, mencatat laba bersih Rp 5 triliun atau tumbuh 12,8 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Pencadangan pun diperkuat menjadi 215,3 persen sebagai antisipasi dalam menghadapi potensi risiko kredit ke depan.
Emiten berkode BBNI itu juga mencatat Pre-Provisioning Operating Profit (PPOP) yang terus tumbuh, dan pada semester I - 2021 mencapai puncak dengan pertumbuhan 24,4 persen menjadi Rp 16,1 triliun secara year on year.
Kinerja yang solid tersebut ditopang pertumbuhan Pendapatan Bunga Bersih (NII) sebesar 18,2 persen (yoy) menjadi Rp 19,3 triliun. Ini merupakan dampak dari pertumbuhan kredit BNI sebesar 4,5 persen menjadi Rp 569,7 triliun pada Juni 2021.
PPOP juga didukung Pendapatan Non Bunga senilai Rp 6,8 triliun atau tumbuh 19,2 persen (yoy). Pertumbuhan ini ditopang Fee Based Income (FBI) dari pengelolaan rekening dan kartu debit, ATM, kanal layanan elektronik, trade finance, serta marketable securities.
Selain aktif di industri perbankan dalam negeri, BNI juga dimandatkan untuk fokus menjadi bank dengan kapabilitas internasional yang unggul. Bisnis internasional perusahaan juga berkontribusi pada pendapatan perseroan.
BNI mencatat FBI yang bersumber dari surat berharga tercatat tumbuh 115,4 persen (yoy) pada Juni 2021 atau mencapai Rp 1 triliun. Begitu juga dengan FBI yang bersumber dari layanan trade finance mencapai Rp 732 miliar, dan tumbuh 20,4 persen (yoy).