Restrukturisasi Kredit Bank Mandiri Melandai Jadi Rp 36 Triliun
PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menyatakan jumlah debitur yang melakukan restrukturisasi kredit terus melandai di tengah mulai pulihnya kemampuan debitur membayarkan kewajibanya.
Direktur Manajemen Risiko Bank Mandiri Ahmad Siddik Badruddin mengatakan, saat ini portfolio restrukturisasi Covid di Bank Mandiri turun menjadi Rp 35,9 triliun per Desember 2022 dari posisi tertingginya pada Juni 2021 di level Rp 96,5 triliun.
Bank Mandiri memperkirakan, hampir semua portofolio restrukturisasi tersebut akan menunjukkan perbaikan tahun ini atau tahun depan. Selain itu, debitur akan kembali membayar kewajibannya secara kontraktual, bahkan sebagian dari mereka juga sudah lunas dan sudah selesai restrukturisasinya.
"Jadi hampir setengahnya selesai dengan kualitasnya yang relatif yang terjaga. Jadi total Rp 96,5 triliun yang menjadi NPL hanya 1,78%. Sisanya Rp 35,9 triliun tersebut sebesar lebih 85% telah melakukan pembayaran baik berupa parcell payment maupun full payment," ungkap Ahmad Siddik, saat konferensi pers, Selasa petang (14/3).
Selain itu, kata dia, perusahaan akan menambahkan opsi untuk debitur yang masih memerlukan program restrukturisasi Covid-19. Selain itu, Bank Mandiri juga akan memantau perusahaan-perusahaan secara ketat kondisi usaha debitur yang masih dalam program restrukturisasi.
Bagi debitur yang masih memerlukan program restrukturisasi lanjutan pada Maret 2023, debitur tersebut dapat direstrukturiasi dengan skema restrukturisasi regular.
Di sisi lain, Bank Mandiri juga terus memupuk dana pencadangan untuk mengantisipasi potensi penurunan kualitas kredit pasca masa relaksasi. "Bank mandiri juga telah melakukan pembentukan tambahan opsional build up CKPN sebesar Rp 3 triliun pada posisi Desember 2022," katanya.
Selain itu, Siddik mengatakan coverage CKPN terhadap NPL dari portfolio rasio tersebut ada di level 311%. Menurutnya, pencadangan potensi penurunan kualitas kreditnya lebih dari cukup.
"Dengaan demikian kami estimasikan bahwa Bank Mandiri dengan guidance cost of credit secara konsolidasi di akhir tahun sebesar 1,3% sampai dengan 1,55% akan kami capai dan pertahankan," katanya.