Alasan Menkeu Purbaya Tak Lagi Suntik Likuiditas di Perbankan Jelang Akhir 2025
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyatakan tidak akan lagi menyuntik likuiditas ke perbankan menggunakan saldo anggaran lebih alias SAL. Sebelumnya pemerintah menempatkan sebagian uang negara itu di sistem perbankan untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi.
“Kami tidak ada di akhir tahun ini (menggunakan SAL untuk ditempatkan di perbankan),” kata Dirjen Perbendaharaan Kemenkeu Astera Primanto Bhakti dalam konferensi pers APBN KiTA Edisi Desember 2025, Kamis (18/12).
Astera menjelaskan keputusan ini diambil karena Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa memproyeksikan ada potensi kenaikan likuiditas perbankan pada akhir tahun ini. Untuk itu, pemerintah memilih untuk tidak menempatkan uang negara di perbankan hingga akhir 2025.
Namun, Astera mengatakan tidak menutup kemungkinan pemerintah akan melanjutkan program tersebut pada 2026. “Nanti kalau misalnya dinamikanya memungkinkan, tentunya nanti kita akan bisa gelontorkan lagi ke perbankan,” ujar Astera.
Transmisi Suku Bunga Kredit Terus Didorong
Dalam kesempatan yang sama, Purbaya mengungkapkan penempatan dana pemerintah di perbankan turut menurunkan suku bunga. Dia mengatakan dampak terhadap penurunan suku bunga kredit terus didorong dan optimisme terus dijaga.
Purbaya mengatakan penempatan SAL di perbankan selama ini juga sudah memperkuat likuiditas. Hal ini terlihat dari penurunan suku bunga deposito dari 9,20% menjadi 8,96%.
“Kami yakin ini akan diikuti oleh penurunan suku bunga kredit lebih signifikan lagi,” kata Purbaya.
Sebelumnya Kemenkeu sudah menempatkan dana pemerintah sebesar Rp 200 triliun di Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Syariah Indonesia (BSI), dan Bank Tabungan Negara (BTN). Lalu setelahnya. Purbaya menambah hingga Rp 76 triliun di Bank Mandiri, BRI, BNI, dan Bank Jakarta.
Penurunan Suku Bunga Kredit Lambat
Bank Indonesia (BI) memandang efektivitas transmisi pelonggaran kebijakan moneter terhadap penurunan suku bunga perbankan perlu terus didorong. Pelonggaran kebijakan moneter yang telah ditempuh Bank Indonesia dan penempatan dana SAL pemerintah di perbankan perlu diikuti dengan penurunan suku bunga perbankan lebih cepat.
Sebab, Gubernur BI perry Warjiyo menyatakan BI-Rate juga sudah turun signifikan. “Penurunan BI-Rate sebesar 125 bps selama tahun 2025 dan ekspansi likuiditas moneter Bank Indonesia,” kata Perry dalam konferensi pers RDG Bulanan BI, Rabu (17/12).
Namun, Perry mengatakan penurunan suku bunga kredit perbankan cenderung lebih lambat sehingga perlu terus didorong. BI mencatat penurunan suku bunga kredit perbankan hanya sebesar 25 bps dari 9,20% pada awal 2025 menjadi sebesar 8,96% pada November 2025.
