Laba Anjlok 80%, Antam Berharap Tren Emas Topang Kinerja ke Depan
PT Aneka Tambang Tbk atau Antam mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 80,18% sepanjang semester I 2020 menjadi Rp 84,82 miliar, dibandingkan periode semester I 2019. Meski kinerja sepanjang semester I 2020 kurang menggembirakan, perseroan berharap tren positif harga emas bakal menopang kinerja ke depan.
Penurunan laba pada semester I 2020 utamanya disebabkan karena hampir seluruh lini bisnis perseroan mencatatkan penurunan angka penjualan. Mengutip laporan keuangan perseroan, kinerja penjualan semester I 2020 tercatat Rp 9,22 triliun, turun 36,05% dibandingkan semester I 2019 yang sebesar Rp 14,42 triliun.
Penjualan Antam mayoritas masih berasal dari produk emas yang sepanjang semester I 2020 membukukan hasil sebesar Rp 6,4 triliun. Capaian ini turun 33,32% dibandingkan dengan penjualan periode yang sama tahun lalu senilai Rp 9,6 triliun.
Produk yang juga menopang penjualan perseroan adalah feronikel, di mana pada semester I 2020 penjualannya tercatat mencapai Rp 2,02 triliun. Meski tidak sedalam emas, namun penjualan feronikel ini turun hingga 12,47% dibandingkan semester I 2019 yang senilai Rp 2,3 triliun.
Kemudian, penjualan bijih bauksit Antam sepanjang semester I 2020 juga tercatat turun 7,68% menjadi Rp 273,94 miliar. Namun, penjualan produk alumina mampu meroket hingga 43,19% menjadi Rp 288,69 miliar pada semester I 2020.
SVP Corporate Secretary Antam Kunto Hendrapawoko mengatakan meski penjualan turun, namun perseroan masih mampu mencatatkan laba usaha dari segmen logam mulia dan pemurnian sebesar Rp 495,15 miliar pada semester I 2020. Jumlah ini meningkat 110,76% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
"Penguatan harga rata-rata emas global pada semester I 2020 sebesar 26%, dibandingkan periode yang sama 2019, turut meningkatkan profitabilitas segmen logam mulia dan pemurnian," kata Kunto kepada Katadata.co.id, Jumat (7/8).
Ia mengatakan pertumbuhan laba usaha pada segmen tersebut sejalan dengan pengembangan pasar produk logam mulia Antam di pasar domestik. Kunto mengklaim bahwa hingga saat ini penjualan komoditas emas masih mendapat respons yang positif dari masyarakat.
Tingginya harga emas di tengah kondisi pandemi virus corona yang terjadi saat ini membuat adanya peningkatan yang cukup signifikan dari lini transaksi penjualan online logam mulia pada periode April-Juni 2020 dibandingkan sebelumnya.
"Ke depan kami berharap tren positif ini mampu memperkuat kinerja operasional Antam melalui adaptasi pasar, khususnya di komoditas emas," ujarnya.
Seperti diketahui harga emas Antam tercatat meningkat 19,06% menjadi Rp 918.000 per gram sepanjang semester I 2020. Awal tahun harga emas Antam masih di level harga Rp 771.000 per gram.
Pergerakan harganya semakin meningkat memasuki semester II 2020 hingga melampaui level harga Rp 1 juta per gram pada 28 Juli 2020 dan terus naik hingga Rp 1.065.000 per gram pada akhir pekan lalu, Jumat (7/8). Meski di awal pekan ini harga emas Antam tercatat turun Rp 1.000 per gram, namun level harganya masih bertahan di atas Rp 1 juta, yakni Rp 1.054.000 per gram.
Tren positif harga emas ini membuat Antam memfokuskan kinerja semester II 2020 pada pelanggan logam mulia di pasar domestik. Meski demikian, Kunto enggan mengungkapkan berapa besar perkiraan target penjualan dan laba perseroan hingga akhir tahun ini.
Mengingat pandemi corona yang belum mereda, perseroan akan fokus pada kanal penjualan online melalui www.logammulia.com. Selain itu, perseroan juga memastikan pemberlakuan protokol kesehatan yang ketat untuk penjualan tatap muka di jaringan Butik Emas Logam Mulia yang tersebar di 11 kota dan penjualan sales canvassing di beberapa lokasi.