Indosat Bakal Jual 4.000 Menara ke Perusahaan Amerika Serikat
PT Indosat Tbk. dikabarkan hampir sepakat menjual sekitar 4.000 menara telekomunikasi kepada perusahaan investasi infrastruktur digital asal Amerika Serikat Digital Colony.
Dikutip dari Bloomberg, nilai kesepakatan penjualan aset tersebut dikabarkan mencapai US$ 700 juta atau setara Rp 10,1 triliun. “Digital Colony berencana membeli aset menara melalui Edgepoint Infrastructure, kemitraan yang baru dibentuk oleh mantan Edotco Group Sdn. Chief Executive Officer Suresh Sidhu,” demikian tertulis dalam laporan Bloomberg, Selasa (30/3).
Perusahaan disebut-sebut sedang mengerjakan rincian transaksi yang dapat diumumkan paling cepat pekan ini. Katadata mencoba mengkonfirmasi kabar tersebut kepada Senior Vice President Corporate Communications Indosat Steve Saerang. Sayangnya, belum ada tanggapan.
Digital Colony merupakan perusahaan yang aktif dalam bisnis konsolidasi infrastruktur telekomunikasi di Asia yang berambisi mengumpulkan 20.000 hingga 50.000 menara dalam lima hingga tujuh tahun ke depan. Infrastruktur digital, termasuk menara telekomunikasi, pusat data, dan fiber optic menjadi tempat investasi utama perusahaan di tengah perkembangan teknologi global.
Pada 17 Februari 2021 lalu, Indosat mengumumkan informasi bahwa perseroan dalam tahap awal penjajakan transaksi penjualan sekitar 4.000 menara. Chief Legal & Regulatory Officer Indosat Natasha Nababan mengklaim aksi penjualan aset itu tidak akan berdampak material terhadap kegiatan operasional, hukum, kondisi keuangan, dan kelangsungan usaha perseroan.
Penjualan menara Indosat bukan hal yang baru. Pada 2019 lalu, perseroan juga pernah menjual 3.100 menara senilai Rp6,39 triliun kepada PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel) dan PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (Perotelindo).
Setelah itu, Indosat menyewa menara yang dijualnya selama 10 tahun dari kedua pembeli. Keuntungan bersih dari jual dan sewa kembali itu mencapai Rp 2,56 triliun.
Dalam keterbukaan informasi pada Maret 2021, Perseroan telah menilai pandemi Covid-19 tak berdampak terhadap bisnis dan operasional perseroan, termasuk proyeksi finansial dan likuiditasnya.
Peningkatan trafik mengharuskan perseroan untuk mempercepat investasi dan melakukan perubahan rencana bisnis maupun teknologi demi mempertahankan kualitas layanan. Perseroan tetap meyakini kemampuan untuk mempertahankan kelangsungan usahanya di tengah kondisi pandemi Covid-19 sampai saat ini.
Berdasarkan laporan keuangan tahunan, pendapatan Indosat sepanjang 2020 meningkat 6,92% menjadi Rp 27,92 triliun dari level tahun sebelumnya yang hanya Rp 26,12 triliun.
Mayoritas pendapatan diperoleh dari segmen seluler sebesar Rp 23,08 triliun atau naik 11,65% dari raihan tahun sebelumnya Rp 20,67 triliun. Omzet seluler berasal dari pemakaian pulsa dan panggilan.
Selain itu, bisnis multimedia, komunikasi, data, dan internet (MIDI) juga berkontribusi senilai Rp 4,28 triliun pada 2020. Sayangnya, pendapatan divisi pos mengalami penurunan hingga 10,42% menjadi Rp 4,78 triliun.
Tak berbeda jauh, pendapatan dari lini telekomunikasi juga menurun 15,39% dari Rp 662,47 miliar menjadi Rp 560,53 miliar.
Indosat mengalami rugi bersih sebesar Rp 716,7 miliar, dari semula membukukan laba bersih hingga Rp 1,56 triliun pada 2019.
Kerugian salah satunya disebabkan oleh lonjakan jumlah beban biaya yang harus ditanggung perseroan yakni mencapai 16,62% dari semula hanya Rp 21,88 triliun menjadi Rp 25,52 triliun.
Pos beban paling besar berasal dari penyusutan dan amortisasi aset-aset perusahaan. Selain itu, terdapat pula beban gaji karyawan.
Analis Reliance Sekuritas Anissa Septiwijaya mengungkapkan biaya operasional menjadi salah satu pemicu kinerja keuangan Indosat negatif tahun lalu. Menurut dia, tingkat utang Indosat meningkat seiring ekspansi agresif yang dilakukan perseroan.
Kendati demikian, ekspansi Indosat mulai membuahkan hasil ditunjukkan dari penambahan jumlah pelanggan tahun lalu. Ke depan, Anissa memprediksi kinerja Indosat akan membaik didukung oleh peningkatan konsumsi internet di Indonesia.