Bisnis Batu Bara MNC Group Bakal Punya Induk Baru
PT Indonesia Transport & Infrastructure Tbk alias IATA menandatangani nota kesepahaman untuk mengakuisisi PT MNC Energi dari PT MNC Investama Tbk atau BHIT sebagai pemegang saham mayoritas. Setelah transaksi, IATA akan menjadi entitas induk untuk seluruh perusahaan batu bara MNC Group.
Melansir laporan keuangan BHIT pada 2020, dicatatkan kalau entitas induk perusahaan dan entitas induk terakhir dalam kelompok usaha adalah HT Investment Development Ltd dan PT Bhakti Panjiwira. Di mana, laporan bulanan registrasi pemegang efek per Agustus 2021 mencatatkan kepemilikan HT Investment pada saham BHIT mencapai 18,6% atau sekitar 13,24 miliar lembar saham. Sedangkan Bhakti Panjiwira menguasai 7,4% saham BHIT atau setara 5,3 miliar lembar saham.
Emiten penerbangan dan infrastruktur milik taipan Hary Tanoesoedibjo, IATA sedang bersiap mengambil alih sejumlah perusahaan MNC. Seperti PT Bhakti Coal Resources, perusahaan eksplorasi dan produsen tambang batu bara di Sumatera Selatan yang juga merupakan perusahaan induk dari sejumlah perusahaan pemilik Izin Usaha Pertambangan.
Bhakti Coal Resources merupakan induk dari PT Putra Muba Coal, PT Bhumi Sriwijaya Perdana Coal, PT Indonesia Batu Prima Energi, PT Arthaco Prima Energi, PT Sumatra Resources, PT Energi Inti Bara Pratama, PT Sriwijaya Energi Persada, PT Titan Prawira Sriwijaya, PT Primaraya Energi, dan PT Putra Mandiri Coal.
"Secara keseluruhan memiliki estimasi sumber daya sebesar 1,75 miliar MT dan estimasi cadangan sebesar 750 juta MT," kata Head of Investor Relations MNC Group Natassha Yunita dalam siaran pers, Jumat (15/10).
Perusahaan segrup lainnya yang diakuisisi IATA yaitu PT Nuansacipta Coal Investment, perusahaan eksplorasi dan produsen tambang batu bara di Kalimantan Timur. Lalu, mengakuisisi juga PT Suma Sarana, perusahaan ekplorasi minyak di wilayah Provinsi Papua.
Dalam siaran pers itu juga dijelaskan, akuisisi ini terjadi setelah hasil uji tuntas dan valuasi terhadap PT MNC Energi selesai dijalankan. Dengan asumsi semua proses due diligence berjalan lancar, IATA akan segera meminta restu Otoritas Jasa Keuanga (OJK), dengan target penyelesaian transaksi akhir triwulan I-2022.
Rencana transaksi tersebut merupakan langkah strategis IATA untuk memanfaatkan momentum lonjakan harga komoditas batu bara yang berkelanjutan. Manajemen IATA meyakini, akuisisi tersebut tidak hanya mendongkrak prospek bisnis, tetapi secara signifikan meningkatkan nilai perusahaan.
"Pasalnya, IATA mengubah kepentingan bisnisnya dari sektor transportasi dan infrastruktur ke sektor energi," kata manajemen IATA dalam siaran pers tersebut.
Manajemen IATA mengatakan, dalam beberapa bulan belakangan ini, harga batu bara Newcastle melonjak hingga menyentuh angka US$ 269,5 per ton, harga tertinggi sepanjang masa. Harga saat ini berada di level US$ 245 per ton. Kenaikan ini turut mendorong harga batu bara di Indonesia.
Beberapa pemicu kenaikan substansial tersebut, karena kenaikan permintaan listrik di Tiongkok, larangan informal Beijing atas impor batu bara dari Australia, lonjakan permintaan listrik di India, dan kenaikan harga gas alam. Adapun faktor lainnya, yakni gangguan pasokan di negara penghasil batu bara seperti Australia, Afrika Selatan dan Kolombia.
Manajemen IATA memprediksi, harga batu bara akan tetap tinggi karena pasokan yang terus menyusut. Permintaan di Tiongkok dan dunia bagian lain terus meningkat, bahkan berpotensi lebih tinggi karena faktor musim dingin.
Di samping itu, peningkatan permintaan batu bara ke depan juga bakal didorong pembukaan kembali ekonomi pasca pandemi Covid-19. Alasan lain, karena banjirnya pusat penambangan batu bara terbesar Negeri Panda, di provinsi Shanxi.
Menurut data National Bureau of Statistics (NBS) Tiongkok, batu bara merupakan sumber energi utama di sana. Kontribusinya hampir 60% dari total penggunaan energi nasional yang banyak digunakan untuk pemanasan, pembangkit listrik, dan pembuatan baja.
Sementara India telah memerintahkan pembangkit listrik untuk mengimpor 10% batu bara untuk campuran, pembalikan tajam dari arahan sebelumnya untuk menggunakan batu bara domestik.