Krakatau Steel Cetak Rekor produksi Baja Dingin 81 Ribu Ton Sebulan
PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) memproduksi 81.342 ton produk baja lembaran dingin atau cold rolled coil (CRC) sepanjang Oktober 2021. Capain itu tercatat menjadi yang terbanyak sepanjang sejarah berdirinya pabrik cold rolling mill (CRM), dibanding rekor sebelumnya 80.032 ton pada Juli 2008.
Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim mengatakan peningkatan produktivitas pabrik ini membuktikan proses restrukturisasi dan transformasi di Krakatau Steel berjalan baik. Produksi yang dihasilkan merupakan produk baja yang sudah dipesan.
"Sehingga Krakatau Steel mampu menjaga persediaan stok pada tingkat yang efisien," kata Silmy dalam siaran pers, Selasa (2/11).
Menurut dia, rekor produksi bulanan ini merupakan bentuk konsistensi komitmen manajemen dan karyawan dalam melakukan perbaikan di perusahaan baja milik pemerintah tersebut. Silmy mengatakan, capaian rekor ini juga menggambarkan kemungkinan terjadinya rekor produksi tahunan sepanjang sejarah Krakatau Steel di pabrik CRM.
Capaian produksi ini juga diikuti total pengiriman produk baja lembar panas atau hot rolled coil (HRC) dan CRC pada Oktober 2021 yang melebihi target, yakni mencapai 190.170 MT kepada konsumen. "Ini adalah angka pengiriman yang berhasil melampaui target yang ditetapkan 190.000 ton,” ujar Silmy.
Pengiriman produk baja CRC meningkat 72% dibandingkan pada periode yang sama pada 2020. Peningkatan produksi pabrik CRM yang diikuti dengan pengiriman produk baja CRC juga menggerakkan industri baja hilir yang berbahan dasar CRC seperti produk galvalum dan galvanis.
Sedangkan untuk produk hot rolled pickled oil (HRPO) sebagai bahan baku segmen otomotif, terjadi kenaikan produksi 268% dan pengiriman produk meningkat 175%.
Produk baja CRC yang diproduksi Krakatau Steel memiliki ketebalan mulai dari 0,2 mm hingga 3,0 mm dengan lebar mulai dari 620 mm hingga 4.880 mm. Produk CRC Krakatau Steel merupakan bahan baku untuk sejumlah material seperti baja galvalum dan galvanis, pipa, baja otomotif, pelat baja timah hitam, dan baja ringan konstruksi.
Silmy mengatakan, dengan peningkatan produksi CRC, menunjukkan kontribusi Krakatau Steel khususnya pada pemenuhan kebutuhan baja otomotif di Indonesia. "Sehingga ke depan kami siap untuk mewujudkan rencana Krakatau Steel akan memasok lembaran baja untuk industri mobil listrik," kata Silmy.
Krakatau Steel mampu bukukan laba bersih US$ 56,72 juta atau setara Rp 851,72 miliar (asumsi kurs Rp 14.261) sampai dengan Kuartal III 2021. Padahal pada periode sama tahun lalu, Krakatau Steel masih membukukan kerugian US$ 27,39 juta atau setara Rp 390,69 miliar.
Silmy mengatakan secara volume, angka penjualan produk baja utama yaitu hot rolled coil dan cold rolled coil serta produk pipa baja, long product maupun pelat baja meningkat 26,9% menjadi 1.592.282 ton dibandingkan di periode sama 2020 sebesar 1.162.532 ton.
“Keuntungan diperoleh dari peningkatan penjualan, peningkatan efisiensi serta kontribusi anak perusahaan,” ungkapnya, Minggu (31/10).
Silmy mengatakan nilai penjualan perseroan tercatat sebesar Rp 23 triliun di kuartal III 2021, meningkat 41,7% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Kenaikan penjualan ini disebabkan karena penetrasi produk KS ke pasar semakin baik dengan program digitalisasi, customer engagement dan hilirisasi.
Penjualan produk hilirisasi juga mengalami peningkatan volume penjualan sebesar 86,7% menjadi sebesar 13.181 ton hingga Kuartal III 2021 dibandingkan periode yang sama di tahun 2020 sebesar 1.743 ton.
Pada periode ini Krakatau Steel juga mampu menurunkan fixed cost hingga 11% menjadi Rp 845,4 miliar dan variable cost hingga 11% menjadi Rp 816,7 miliar jika dibandingkan periode hingga September tahun 2020.
“EBITDA Krakatau Steel juga meningkat 56,1% dengan nilai EBITDA di Kuartal III 2021 ini sebesar Rp 1,7 triliun dibandingkan dengan EBITDA di periode yang sama di tahun 2020 yang sebesar Rp 745,1 miliar,” ujar Silmy.