Laba Unilever Merosot 19% Jadi Rp 5,7 T, Jalankan 5 Strategi Tahun Ini
PT Unilever Indonesia Tbk membukukan laba bersih Rp 5,71 triliun sepanjang 2021, atau menyusut 19% dari capaian tahun 2020 yang sebesar Rp 7,05 triliun. Adapun, laba per saham turut menurun Rp 151 dari sebelumnya Rp 188.
Presiden Direktur Unilever Indonesia Ira Noviarti mengatakan, emiten berkode saham UNVR ini menghadapi berbagai tantangan berat sepanjang tahun lalu. Gelombang kasus Covid-19 pasca libur tahun baru dan Idulfitri, serta munculnya Covid varian Delta menyebabkan penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) selama beberapa bulan di berbagai wilayah di Indonesia.
"Ini telah mempengaruhi daya beli konsumen terutama pada segmen pasar di mana Unilever Indonesia beroperasi. Selain itu, berbagai harga komoditas yang menjadi bahan baku, beberapa di antaranya minyak kelapa sawit juga mengalami lonjakan harga signifikan dibanding pada 2020," kata Ira dalam keterangan tertulis, dikutip Jumat (11/2).
Berdasarkan laporan keuangan, Unilever mencatatkan penjualan bersih Rp 39,54 triliun sepanjang 2021, atau merosot 7,9% dari penjualan bersih pada 2020 sebesar Rp 42,97 triliun.
Harga pokok penjualan pun turut menyusut 2,9% menjadi Rp 19,91 triliun dari Rp 20,51 triliun. Alhasil, laba bruto menurun 12,6% menjadi Rp 19,69 triliun dari semula Rp 22,45 triliun.
"Kategori Foods & Refreshment (makanan dan minuman) menjadi penopang utama pertumbuhan dengan membukukan pertumbuhan penjualan sebesar 1,4% pada 2021," katanya.
Di sisi lain, beban pemasaran dan penjualan ikut merosot 8,8% menjadi Rp 7,86 triliun dari Rp 8,62 triliun. Beban umum dan administrasi juga menurun tipis 6,2% menjadi Rp 4,08 triliun dari Rp 4,35 triliun. Maka itu, laba usaha tercatat menjadi Rp 7,67 triliun atau merosot 18,8% dari sebelumnya. Rp 9,45 triliun.
Ira mengatakan, lonjakan harga bahan baku, penurunan daya beli konsumen, dan waktu transisi untuk kembali ke daya beli sebelum pandemi hanya sebagian dari berbagai tantangan yang muncul sepanjang 2021.
"Kami melihat bahwa capaian perseroan di tengah berbagai tantangan hebat ini sebagai sesuatu yang membawa optimisme di tahun-tahun mendatang," ujar Ira.
Dia mengaku perseroan terus menggenjot berbagai produk yang memiliki peluang besar, misalnya dari kategori makanan dan minuman yang berhasil menopang pertumbuhan perseroan tahun ini.
Unilever juga memanfaatkan peluang atas perubahan perilaku masyarakat yang lebih sadar dengan kesehatan. Caranya, dengan meluncurkan produk-produk makanan dan minuman serta produk kebutuhan sehari-hari yang mengutamakan kesehatan.
“Dua tahun melewati pandemi bagi Perseroan merupakan masa reset dan menyiapkan landasan yang kuat untuk pertumbuhan dan kemenangan jangka panjang,” katanya.
Lima Strategi Unilever
Ira menyatakan, Unilever menjawab tantangan bisnis dengan menjalankan lima prioritas strategis sepanjang 2022. Pertama, memperkuat dan membuka potensi dari merek-merek besar dan produk utama melalui berbagai inovasi.
Kedua, memperluas dan memperkaya portofolio untuk segmen premium. Ketiga, memperkuat kepemimpinan di saluran utama, dan saluran masa depan, seperti e-commerce. Keempat, memimpin pasar dengan kapabilitas pengelolaan data digital. Kelima, tetap menjadi yang terdepan dalam mewujudkan bisnis yang berkelanjutan.
Memasuki tahun 2022, menurut Ira, Unilever optimistis dengan strategi prioritas tersebut. “Kami optimistis tahun 2022, seiring dengan membaiknya perekonomian Indonesia, semakin besar juga peluang bagi perseroan untuk mengakselerasi pertumbuhan bisnis yang konsisten, kompetitif, menguntungkan, dan bertanggung jawab,” ujar Ira.