Saham GoTo Masih Hijau di Hari Ketiga, Harga Diramal Capai Rp 436
Memasuki hari ketiga sejak melantai di bursa, harga saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GoTo) masih berada di zona hijau, meski berada dalam tren penurunan.
Berdasarkan data RTI, secara akumulatif, harga saham GoTo naik 10,96% menjadi Rp 374 pada penutupan perdagangan saham Rabu (13/4), dari level harga perdana Rp 368 pada awal pencatatan saham, Senin (11/4) lalu.
Pada hari pertama perdagangan, harga saham GoTo melonjak 13,02% atau 44 poin. Namun kemudian harganya merosot 3,14% atau 12 poin pada hari kedua perdagangan saham. Sampai akhirnya, harga saham kembali rebound 1,08% atau 4 poin pada hari ketiga, dari level penutupan sebelumnya.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI) Rabu (13/4), transaksi saham GoTo berada pada rentang harga Rp 360 - Rp 380. Investor melakukan perdagangan dengan volume 3,26 miliar saham dan nilai transaksi Rp 1,21 triliun. Frekuensi perdagangan tercatat sebanyak 81.123 kali. Sampai saat ini, kapitalisasi pasar saham GoTo tercatat mencapai Rp 442,95 triliun.
Dalam hasil risetnya, Analis Sucorsekuritas Paulus Jimmy menargetkan harga saham GoTo akan berada di level Rp 436. Perkiraan ini didasari pada perhitungan model valuasi Sum of the Part (SOTP) dengan target harga terhadap nilai transaksi bruto atau gross transaction value (GTV) yang berbeda pada setiap pilar bisnis.
Jimmy memproyeksi GoTo akan membukukan GTV Rp 1.077 triliun dan pendapatan bersih Rp 20,5 triliun pada 2024 mendatang. Namun, dalam hal EBITDA, GoTo diperkirakan masih membukukan kerugian Rp 22,6 triliun pada 2024.
Kendati demikian, Jimmy memproyeksi kerugian GoTo akan menyusut secara perlahan tapi pasti, dari -263% pada 2018 menjadi sekitar -46% pada 2024.
Menurut Jimmy, GoTo siap membukukan pertumbuhan laba yang lebih tinggi pada setiap pilar bisnis. Tokopedia masih memiliki tingkat penerimaan yang relatif rendah dibanding dengan perusahaan sejenis. Di sisi lain, layanan ride hailing membuktikan loyalitas penggunanya, syarat utama untuk mendorong strategi monetisasi yang lebih baik.
Sejumlah faktor pendorong kinerja bisnis GoTo di masa mendatang antara lain, percepatan digitalisasi akan terus berlangsung, sehingga permintaan pada layanan digital akan meningkat secara berkelanjutan. Selain itu, populasi kalangan muda yang ramah teknologi juga akan menopang setiap lini bisnis GoTo.
GoTo, pemilik ekosistem digital terintegrasi, merupakan salah satu perusahaan teknologi terbesar di Indonesia dalam hal GTV. Lahir di negara dengan ekonomi digital terbesar di Asia, pangsa pasar GoTo pada setiap lini bisnisnya diperkirakan meningkat secara konsisten.
"Sampai saat ini, tingkat penetrasi pada setiap lini bisnis GoTo berada di level single digit dan masih memiliki ruang untuk tumbuh," kata Jimmy dalam riset tertulisnya, dikutip Kamis (14/4).
Berdasarkan laporan Redseer terkait data GTV pada 2020, layanan transportasi berbasis teknologi (ride hailing), perdagangan elektronik (e-commerce), dan teknologi keuangan (Fintech) GoTo masing-masing memiliki pangsa pasar 52%, 25%, dan 12%.
Berdasarkan perhitungan Sucorsekuritas, pangsa pasar GoTo pada masing-masing lini bisnis akan meningkat menjadi 55%, 28%, dan 20% pada 2025 mendatang.
"Kami meyakini GoTo memiliki kapasitas pertumbuhan di atas rerata industri," ujar Jimmy.
Hal ini didukung sinergi ekosistem yang intens untuk membawa efek jaringan dan efisiensi operasional dengan penurunan biaya akuisisi pelanggan di masa mendatang.