Caplok Saham Link Net, Axiata Targetkan Tender Wajib pada Kuartal III

Lavinda
Oleh Lavinda
22 Juni 2022, 19:12
Link Net
ANTARA FOTO/Galih Pradipta
Teknisi XL Axiata memeriksa perangkat BTS di kawasan Rasuna Said, Jakarta, Senin (10/2/2020).

Axiata Group Berhad (Axiata) dan PT XL Axiata Tbk (EXCL) telah menyelesaikan akuisisi 66,03% saham PT Link Net Tbk (LINK) dengan nilai investasi mencapai Rp 8,72 triliun pada Rabu (22/6) hari ini. Selanjutnya, penawaran tender wajib 33,97% saham tersisa ditargetkan rampung pada kuartal III 2022. 

Berdasarkan laporan resmi Axiata, perusahaan telekomunikasi asal Malaysia ini membeli saham Link Net dengan harga Rp 4.800 per saham dari dua pemilik saham sebelumnya, yakni Asia Link Dewa Pte. Ltd. dan PT First Media Tbk.

Pasca penyelesaian akuisisi, Axiata Investments (Indonesia) Sdn Bhd (AII), anak perusahaan tidak langsung Axiata, dan XL Axiata memegang masing-masing sebesar 46,03% dan 20,00% saham Link Net.

Total kepemilikan Axiata atas saham Link Net melalui AII dan XL Axiata setelah selesainya akuisisi ini adalah sebesar 58,33%.

Selanjutnya, perusahaan akan melakukan penawaran tender wajib atau mandatory tender offer (MTO) untuk membeli 33,97% Saham Link Net yang tersisa. Hal ini sesuai dengan peraturan yang berlaku di Indonesia.

"Rincian rencana MTO akan diumumkan pada waktunya. Rencana MTO diharapkan selesai pada kuartal ketiga tahun 2022," ujar manajemen Axiata dalam keterangan tertulis, Rabu (22/6).

Joint Acting Group CEO Axiata, Hans Wijayasuriya mengatakan, kehadiran Link Net menjadi keluarga Axiata akan memperkuat posisi perusahaan sebagai perusahaan digital unggul di tingkat regional dalam menyediakan layanan-layanan telekomunikasi konvergensi.

"Link Net merupakan salah satu penyedia layanan pita lebar berbasis kabel dan TV kabel berkecepatan tinggi di Indonesia," katanya.

Menurut dia, Tim Link Net yang berpengalaman akan mempercepat peluang pertumbuhan perusahaan di area yang sudah ada maupun yang kurang terlayani. 

Presiden Direktur dan CEO XL Axiata, Dian Siswarini mengatakan, sejak diumumkan pertama kali, pihaknya telah mengidentifikasi beberapa area sinergi yang terbuka dari kerja sama ini. Dia berharap bisa bekerja sama dengan Link Net untuk memanfaatkan kekuatan kolektif dalam konektivitas seluler, pita lebar berbasis kabel (fixed broadband), dan konten.

Presiden Direktur dan CEO Link Net, Marlo Budiman menyebutkan, bersama dengan mitra-mitra baru, pihaknya akan menyediakan proposisi konvergensi layanan pita lebar berbasis kabel (fixed line broadband) dan layanan seluler kepada pelanggan residensial dan korporasi.

Sebelumnya, Grup Axiata mengusulkan akuisisi Link Net pada akhir Januari 2022, ketika mengumumkan bahwa AII dan XL Axiata telah menandatangani perjanjian pembelian saham bersyarat dengan Asia Link Dewa Pte Ltd dan First Media akan mengakuisisi 1,82 miliar saham Link Net. Saat itu, penyelesaian akuisisi masih memerlukan persetujuan regulator 

Dalam perkembangannya, sebagian pemegang saham perusahaan Axiata menolak rencana perusahaan mengakuisisi saham Link Net dari Grup Lippo.

Seperti dikutip dari The Edge, Employee Provident Fund (EPF), menolak rencana akuisisi tersebut melalui publikasi di situs perusahaan. Hal ini mengonfirmasi laporan The Edge sebelumnya bahwa perusahaan pengelola dana pensiun selaku pemegang saham terbesar Axiata Group Berhad menolak rencana aksi korporasi tersebut.

EPF tercatat memiliki sebanyak 16,95% saham dan termasuk di antara 42,17% pemegang saham yang hadir dan memberikan suara menolak akuisisi bersama Permodalan Nasional Bhd. Hanya saja, EPF tidak membeberkan alasan lebih lanjut mengenai alasan penolakan tersebut.

Sedangkan, PNB menyatakan di situs webnya bahwa mereka khawatir akuisisi tersebut berdampak buruk pada kinerja keuangan Axiata dalam jangka pendek karena potensi peningkatan tingkat utang yang membebani arus kas dan pendapatan perusahaan.

Meski ditolak sebagian pemegang saham, Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) tetap memuluskan rencana akuisisi.

"Mayoritas yang menyetujui mewakili 4,837 miliar saham, sedangkan yang tidak setuju memiliki 3,527 miliar saham," tulis laporan tersebut, dikutip Minggu (29/5). 

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...