Profil Link Net, Bisnis Grup Lippo yang Dicaplok Grup Axiata
Axiata Group Berhad (Axiata) dan PT XL Axiata Tbk (EXCL) telah resmi mengakuisisi 66,03% saham PT Link Net Tbk (LINK) dengan nilai investasi mencapai Rp 8,72 triliun pada Rabu (22/6) kemarin.
Berdasarkan laporan resmi Axiata, perusahaan telekomunikasi asal Malaysia ini membeli saham Link Net dengan harga Rp 4.800 per saham dari dua pemilik saham sebelumnya yang merupakan entitas Grup Lippo, yakni Asia Link Dewa Pte. Ltd. dan PT First Media Tbk.
Lalu, Bagaimana profil Link Net, perusahaan milik Grup Lippo yang menarik hati Grup Axiata hingga berniat meminangnya?
Dikutip dari laporan perusahaan, Link Net merupakan perusahaan penyedia layanan internet jaringan tetap via kabel yang didirikan pada 2000. Dalam perkembangannya, pada 2 Juni 2014, pemegang saham Link Net memutuskan untuk mencatatkan saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Secara rinci disebutkan, emiten berkode saham LINK ini menyediakan layanan televisi berbayar, koneksi internet pita lebar atau broadband, dan komunikasi data.
Menurut kategorinya, perusahaan memiliki dua merek terpisah. Khusus untuk pelanggan ritel atau residensial dikembangkan dengan merek First Media, sedangkan bagi pelanggan korporasi disediakan merek Link Net.
Berdasarkan operasionalnya, Link Net melayani pasar perumahan dan perusahaan di 23 kota di seluruh Indonesia, termasuk, Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Surabaya dan Bandung.
Berfokus pada kelas menengah, Link Net memiliki sekitar 2,9 juta pelanggan residensial. Tak hanya itu, perusahaan juga memiliki portfolio melayani sekitar 2.400 pelanggan, mencakup pemerintah, institusi keuangan, dan perusahaan multinasional serta bisnis digital.
Layanan Link Net didukung oleh teknologi berupa jaringan infrastruktur kabel Hybrid Fiber Coaxial (HFC) dan jaringan kabel Fiber to the Home (FTTH).
Perusahaan memiliki misi untuk mengubah hidup konsumen Indonesia dengan menyediakan layanan broadband, media dan solusi yang inovatif.
Kinerja Kuartal I 2022
Berdasarkan laporan keuangan, Link Net mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 48,5% menjadi Rp 128,09 miliar pada periode kuartal pertama tahun ini. Pada periode yang sama tahun lalu, Link Net membukukan laba bersih senilai Rp 249,02 miliar.
Hal ini membuat nilai laba bersih per saham dasar perusahaan tergerus menjadi Rp 47 per saham dari tahun lalu Rp 91 per saham.
Pada tiga bulan pertama tahun ini, Link Net mencatatkan pendapatan senilai Rp 1,05 triliun, turun 1,49% dari tahun sebelumnya Rp 1,06 triliun.
Rinciannya, pendapatan dari pihak ketiga tercatat senilai Rp 1,04 triliun dari kuartal pertama tahun 2021 senilai Rp 1,05 triliun. Sedangkan, pendapatan dari pihak berelasi turun menjadi Rp 9,60 miliar dari sebelumnya Rp 11,40 miliar.
Sejalan dengan penurunan pendapatan, beban pokok pendapatan Link Net juga turun 6,93% menjadi Rp 200,13 miliar dari Rp 215,04 miliar. Dengan demikian, perusahaan membukukan laba kotor senilai Rp 851,93 miliar pada kuartal pertama tahun ini.
Sampai dengan 31 Maret 2022, aset perseroan mencapai Rp 10,32 triliun, naik dari posisi Maret 2021 lalu Rp 9,74 triliun. Aset ini terdiri dari, liabilitas senilai Rp 4,92 triliun dan ekuitas senilai Rp 10,30 triliun.