Bank Jago Kantongi Laba Bersih Rp 29 Miliar pada Kuartal II
Bank digital PT Bank Jago Tbk mengantongi laba bersih Rp 29 miliar pada kuartal II. Ini utamanya didorong oleh pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) dan perbaikan rasio likuiditas atau loan to deposits ratio (LDR).
Berdasarkan keterangan tertulis, emiten berkode ARTO itu mencatatkan total aset 14,61 triliun atau tumbuh 44,8% dibandingkan periode sebelumnya.
Selain itu, Bank Jago mencatatkan net interest margin (NIM) 10,8% dan memiliki rasio kecukupan modal 110%. Hasil ini rencananya digunakan untuk mendukung ekspansi bisnis Bank Jago.
Pertumbuhan nasabah Bank Jago lebih dari tiga juta nasabah atau tumbuh lebih dari 100% dalam enam bulan. Akhir tahun lalu, jumlah nasabahnya hanya 1,4 juta.
Peningkatan nasabah Bank Jago itu mendorong DPK tumbuh 253% menjadi Rp 6,1 triliun secara tahunan (year on year/yoy). Sedangkan sejak awal tahun atau year to date (ytd), DPK tumbuh 65,9%.
Kemudian, current account savings account (CASA) meningkat 643% secara yoy menjadi Rp 3,87 triliun. Sedangkan deposito tumbuh 85% menjadi Rp 2,23 triliun.
CASA adalah dana murah, berupa tabungan dan giro.
Selain itu, Bank Jago mencatatkan beban bunga dan beban syariah tetap rendah, yakni Rp 64 miliar pada kuartal II. Nilainya naik 200% dari tahun sebelumnya.
Pendapatan bunga dan pendapatan syariah Bank Jago meningkat 340% menjadi Rp 705 miliar. Dengan demikian, pendapatan bunga bersih Rp 641 miliar atau tumbuh 361% yoy.
Pendapatan bunga dan pendapatan syariah didorong oleh penyaluran kredit dan pembiayaan syariah yang tumbuh 234% yoy menjadi Rp 7,26 triliun. Pertumbuhannya 35% dibandingkan akhir tahun lalu.
Lalu, rasio likuiditas atau loan to deposits ratio (LDR) meningkat 119% dibandingkan akhir tahun lalu 146%.
Direktur Utama Bank Jago Kharim Siregar mengatakan, dirinya akan terus memperluas dan memperdalam kolaborasi dengan ekosistem keuangan sebagai strategi.
“Kami memaknai pertumbuhan ini sebagai apresiasi terhadap upaya dalam menghadirkan aplikasi perbankan yang menjawab kebutuhan nasabah,” kata Kharim dalam keterangan pers, Kamis (21/7).
Kolaborasi sejumlah fintech lending, multifinance, dan institusi keuangan digital lainnya dalam kerja sama pembiayaan atau partnership lending , menjadi salah satu faktor pertumbuhan tinggi pada penyaluran kredit dan pembiayaan syariah.