Vale Garap Mega Proyek Rp 118 Triliun di Sulawesi, Ini Rinciannya
Emiten produsen komoditas nikel, PT Vale Indonesia Tbk (INCO), memaparkan proyek dengan total investasi US$ 8 miliar yang tengah dikerjakannya. Tak hanya sendiri, Vale Indonesia mengajak para rekan dalam proyek tersebut.
“Tiga proyek pengembangan PT Vale dengan nilai investasi total US$ 8 miliar ini akan kami eksekusi bersama dengan partner,” kata Bernardus Irmanto, Chief Financial Officer PT Vale Indonesia Tbk, dalam paparan publik, Rabu (14/9).
Proyek tersebut akan antara lain proyek Bahodopi, Sorowako Limonite, dan Pomalaa. Proyek Bahodopi dengan investasi sebesar US$ 2,5 miliar akan dialokasikan untuk tambang dan pabrik.
Kapasitas produksi dari proyek ini diperkirakan mencapai 73 kilo ton nikel dalam feronikel, ditargetkan mulai dieksekusi tahun ini dan selesai pada tahun 2025.
Proyek ini digarap perseroan bersama Taiyuan Iron & Steel (Group) Co., Ltd (TISCO) dan Shandong Xinhai Technology Co., Ltd (Xinhai) setelah penandatanganan perjanjian yang dilakukan para pihak pada 6 September 2022.
Para pihak akan membentuk usaha patungan (joint venture) untuk mengembangkan fasilitas pengolahan nikel di Xinhai Industrial Park, Morowali, Sulawesi Tengah.
Selanjutnya, proyek Sorowako Limonite, berupa pengembangan smelter berteknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL). Proyek ini memiliki nilai total investasi US$ 1,8 miliar dan diperkirakan akan mulai tahun 2023 dan selesai pada tahun 2026.
Terakhir adalah proyek Pomalaa dengan nilai investasi US$ 4,5 miliar untuk pabrik HPAL dan tambang. Proyek ini diperkirakan dimulai pada tahun ini dan selesai pada tahun 2025.
Bernardus Irmanto juga menargetkan 70 persen pembiayaan berasal dari pinjaman bank, sisanya 30 persen dari ekuitas masing-masing perusahaan. Adapun semua pihak setuju perseroan akan memiliki 49 persen dari ekuitas perusahaan patungan, sementara TISCO dan Xinhai melalui JV yang lain, akan genggam sisanya yakni 51 persen.
“Secara kepemilikan saham, Vale akan pegang 49 persen sementara partner kami 51 perse. Proses financing sekarang berjalan tapi kami targetkan 70:30. Di mana 70 persen dari pinjaman bank dan 30 persen dari masing-masing shareholder,” kata Bernard.