Vale dan BNSI Investasikan Rp 37,5 T Bangun Green Smelter di Morowali

Lona Olavia
12 Februari 2023, 13:41
Vale dan BNSI Investasikan Rp 37,5 T Bangun Green Smelter di Morowali
Katadata/Muhammad Fajar Riyandanu
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto didampingi Direktur Utama PT Vale Indonesia Febriany Eddy melakukan peletakan batu pertama atau groundbreaking proyek smelter nikel di Bahadopi, Sulawesi Tengah, Jumat (10/2).

PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dan PT Bahodopi Nickel Smelting Indonesia (BNSI) meresmikan pembangunan proyek pertambangan dan pengolahan nikel rendah karbon terintegrasi di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah baru-baru ini.

Lokasi pertambangan berada di Kecamatan Bungku Timur dan Bahodopi, lokasi pabrik pengolahan berada di Desa Sambalagi Kecamatan Bungku Pesisir.

Dalam proyek ini Vale dan mitranya akan mengalokasikan total biaya investasi hingga Rp 37,5 triliun. Di mana kapasitas produksinya sebanyak 73 ribu ton per tahun.

CEO dan Presiden Direktur Vale Febriany Eddy mengatakan, kehadiran proyek Morowali ini adalah representasi perseroan menjadi produsen nikel yang andal dan berkelanjutan bagi Indonesia dengan jejak karbon terendah.

“Kami akan membawa praktik-praktik pertambangan terbaik yang dilakukan di Blok Sorowako ke Morowali,” katanya dalam keterangan resmi dikutip Minggu (12/2).

Presiden Komisaris Vale dan Wakil Presiden Eksekutif bisnis Base Metal Vale Deshnee Naidoo mengatakan, peletakan batu pertama ini memperkuat komitmen perseroan kepada rakyat Indonesia, sambil terus mendorong kemajuan dengan akselerasi yang dilakukan melalui jalur pertumbuhan bernilai miliaran dolar.

“Bersama dengan mitra kami yang terhormat, kami bersemangat untuk mewujudkan proyek pertumbuhan yang kritikal yang akan menghasilkan produksi nikel rendah karbon dengan aman dan berkelanjutan serta mendukung rantai pasokan domestik untuk bahan transisi energi dan kendaraan listrik,” ujar Deshnee.

Proyek Morowali akan dikembangkan oleh Vale dan mitranya. Vale berperan penuh dalam pembangunan dan pengoperasian fasilitas pertambangan. Sementara BNSI adalah perusahaan patungan antara Vale dan mitranya, yang akan bertanggung jawab atas pembangunan dan pengoperasian pabrik pengolahan.

Berdasarkan Peraturan Menko Perekonomian, Proyek Morowali ini telah dinyatakan sebagai salah satu Proyek Strategis Nasional pemerintah pada 2022 lalu. Menko Airlangga menyatakan, proyek Morowali ini adalah bentuk dari harapan pemerintah demi terwujudnya hilirisasi sumber daya alam untuk memberi nilai tambah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

“Ini pabrik green smelter pertama yang saya lihat. Berbasis gas LNG, tentu minta dukungan dari Komisi Energi (DPR RI) bahwa ini adalah green energy, green product, dan green mining. Indikator green economy itu mudah, kita lihat langitnya warna biru atau abu-abu. Kalau langit biru berarti sudah harmoni, hijau, dan baik,” jelas Menko Airlangga.

Sebagai informasi smelter yang akan dibangun di Sambalagi akan menggunakan teknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF). Didukung sumber listrik dari gas alam, akan menjadi pabrik yang andal, hemat energi, dan ramah lingkungan.

Pembangkit listrik gas alam akan menjadi kontributor utama untuk mengurangi emisi karbon dari keseluruhan operasi proyek ini. Pengurangan emisi karbon telah menjadi bagian dari peta jalan keberlanjutan Vale, dengan target pengurangan emisi karbon hingga 33% pada tahun 2030.

Proyek Morowali, secara keseluruhan di area penambangan dan area pabrik pengolahan, akan menyerap hingga 15.000 tenaga kerja pada fase konstruksi dan sekitar 5.000 tenaga kerja pada fase operasional.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...