Dampak Runtuhnya Silicon Valley Bank ke Obligasi Indonesia Minim
Bangkrutnya Silicon Valley Bank (SVB) menjadi sentimen negatif di pasar saham global bahkan di Indonesia. Bank yang berbasis di California, Amerika Serikat itu dinyatakan pailit dan menjadi faktor jatuhnya saham sektor perbankan beberapa waktu lalu. Namun para analis menilai jatuhnya SVB tidak akan berdampak kepada obligasi.
Direktur Panin Asset Management Rudiyanto mengatakan, kondisi krisis yang dialami Silicon Valley Bank berdampak positif terhadap pasar obligasi. Sebab membuat pasar berspekulasi, kenaikan suku bunga The Fed akan lebih terbatas dan turunnya bisa lebih cepat.
Rudiyanto juga menjelaskan default atau tidaknya obligasi, kembali pada kinerja perusahaan dan komitmen pemegang saham. "Karena SVB digaransi full oleh LPS setempat, maka efek terburuk telah lewat dan sekarang menjadi tidak ada risiko besar lagi," katanya kepada Katadata, Kamis (16/3).
Sementara Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani mengatakan, dampak Silicon Valley Bank sangat kecil untuk obligasi Indonesia yaitu obligasi pemerintah atau obligasi korporasi. Sebab emiten Indonesia tidak ada hutang terkait SVB.
"Dampaknya minim. Obligasi korporasi terutama yang investment grade yang mempunyai fundamental yang solid seharusnya tidak pengaruh maupun secara langsung atau dari sentimen negatif terkait keadaan tersebut," jelas Arjun.
Arjun menilai obligasi berada dalam tren naik untuk tahun ini. Hal ini dikarenakan keadaan ekonomi domestik yang kuat serta inflasi yang melandai. Selain itu, sentimen positif dari Amerika Serikat yang mengalami penurunan inflasi.
"Ini akan membuat investor asing lebih confident terhadap kondisi pasar global maupun Indonesia. Selain itu FDIC dan regulator AS sudah intervensi untuk mengandalikan situasi fall out dari pailit SVB,"katanya.
Sebelumnya Menteri Keuangan Sri Mulyani mengingatkan perlu mewaspadai kondisi pasar keuangan global setelah kejatuhan bank asal Amerika Serikat itu. "Kita juga perlu terus waspada karena yang disebut transmisi dari persepsi dan psikologis itu bisa menimbulkan situasi yang cukup signifikan bagi sektor keuangan, seperti yang kita lihat di Amerika Serikat," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers, Selasa (14/3).
Sri Mulyani menyebut setelah kabar kejatuhan SVB, volatilitas di pasar keuangan kembali meningkat. Hal ini tercermin dari index volatilitas pasar saham (VIX) dan indeks pasar obligasi (MOVE) yang melonjak sebagai efek limpahan dari meningkatnya sentimen negatif dampak kejatuhan SVB.