33 Analis Rekomendasikan Saham BBNI, Apa Alasannya?
PT Bank Negara Indonesia Tbk atau BNI pada enam bulan pertama tahun ini fokus menjalankan strategi pertumbuhan yang berorientasi pada profitabilitas jangka panjang. Strategi pertumbuhan berkelanjutan itu dinilai positif oleh sejumlah analis.
Dikutip dari Bloomberg, dari 35 analis pasar modal yang mengkaji emiten dengan kode saham BBNI, 33 analis memberikan rekomendasi beli dengan rata-rata proyeksi target harga Rp 11.350 per saham.
Analis BRI Danareksa Sekuritas Eka Savitri mengatakan, langkah agresif BNI untuk menyalurkan kredit korporasi bagi perusahaan-perusahaan blue chip sektor tertentu, seperti telekomunikasi, utilitas, dan transportasi merupakan keputusan tepat.
Dengan penyaluran kredit korporasi secara selektif, menjadikan biaya kredit yang dikeluarkan BNI relatif rendah dan risiko penyaluran kredit turun. Selain korporasi, perseroan tetap gencar menawarkan kredit payroll dan mencari sumber dana murah (CASA) yang berkelanjutan.
"Kami memproyeksikan pertumbuhan kredit korporasi perseroan mencapai 11% tahun ini dengan kontribusi sebanyak 51,2% terhadap total kredit yang disalurkan," kata Eka dalam risetnya dikutip Senin (31/7).
Eka menambahkan, penurunan biaya kredit (CoC) BNI menjadi sentimen positif terhadap kinerja keuangan dan target harga saham BBNI.
Dengan langkah tersebut, dia mengatakan, pertumbuhan laba bersih BBNI diprediksi mencapai 19,2% menjadi Rp 21,8 triliun tahun ini. Kenaikan tersebut didukung ekspektasi pertumbuhan kredit sebesar 8,8% tahun 2023, NIM diprediksi terjaga di kisaran 4,8%, dan pertumbuhan belanja operasional hanya 7,5%.
Lonjakan laba bersih tersebut juga didukung ekspektasi biaya kredit hanya 149 bps tahun ini atau lebih rendah dari realisasi tahun lalu 187 bps.
Keputusan perseroan memfokuskan ekspansi kredit ke korporasi, mendorong BRI Danareksa Sekuritas untuk merevisi naik target harga saham BBNI dari Rp 11.500 menjadi Rp 12.000 dengan rekomendasi dipertahankan beli. Target tersebut juga mengimplikasikan perkiraan price to book value (PBV) tahun 2024 sekitar 1,4 kali.
Pandangan senada juga diungkapkan analis Samuel Sekuritas Brandon Boedhiman dan Prasetya Gunadi.
Mereka menyebutkan, BNI diproyeksikan mampu mempertahankan peningkatan kualitas sistem manajemen risiko, terutama untuk sektor wholesale. Hal ini diharapkan menciptakan kualitas aset yang terus membaik ke depan.
"Fokus tersebut mendorong kami untuk mempertahankan rekomendasi beli saham BBNI dengan target harga Rp 12.700 per saham. Target harga tersebut menyiratkan perkiraan PBV tahun ini sekitar 1,3 kali," tulis Brandon dan Prasetya dalam riset.
Terkait pertumbuhan laba bersih semester pertama 2023, Boedhiman dan Gunadi mengatakan, sudah sesuai ekspektasi Samuel Sekuritas atau merefleksikan 47,1% dari target sepanjang tahun ini.
Pertumbuhan laba bersih tersebut didorong sejumlah faktor, seperti peningkatan pendapatan bunga bersih (NII) sebesar 5,1%. BNI diprediksi bisa mencapai pertumbuhan kredit berkisar 7-9% sepanjang 2023 dengan kredit lebih aman.
Target harga saham tersebut juga mempertimbangkan proyeksi BNI mampu mempertahankan rasio dividen sebesar 40% hingga 50% dalam tahun-tahun mendatang.
Proyeksi kenaikan laba bersih BNI menjadi Rp 21,86 triliun tahun 2023, dibandingkan realisasi tahun lalu Rp 18,31 triliun.
Kemudian Analis RHB Sekuritas Indonesia David Chong menilai, BNI menunjukkan prospek kinerja yang lebih baik memasuki semester kedua 2023. Tren tersebut terlihat dari perbaikan sejumlah indikator perseroan pada kuartal ke dua, dibandingkan dengan kuartal pertama 2023.
Peningkatan outlook perseroan didukung faktor ekspektasi penyerapan belanja pemerintah lebih tinggi menjelang pelaksanaan pemilu dan ekspektasi pertumbuhan konsumsi masyarakat pada paruh kedua. Begitu juga dengan proyeksi biaya kredit di bawah 1,5% yang ikut memberikan sentimen positif.
Hal ini mendorong RHB Sekuritas untuk mempertahankan rekomendasi beli saham BBNI dengan target harga Rp 11.700 per saham.
Target tersebut merefleksikan estimasi kenaikan laba bersih menjadi Rp 23,64 triliun pada 2023 dan kembali diproyeksikan meningkat menjadi Rp 26,01 triliun pada 2024.
Adapun rasio PBV BNI dinilai masih atraktif di kisaran 1,2 kali, bila dibandingkan emiten besar lainnya, serta masih di bawah rata-rata PBV BNI dalam 10 tahun terakhir yang mencapai 1,4 kali.
Selain itu, dengan asumsi dividend payout ratio 40% sama seperti tahun 2022, BBNI berpotensi menghasilkan dividend yield 5% sampai 6% bagi investor tahun 2023 ini.