Kinerja Emiten Dato Sri Tahir di Tengah Rencana Bangun Rumah Sakit IKN
Konglomerat Dato Sri Tahir berencana akan membangun rumah sakit di Ibu Kota Nusantara atau IKN. Bos grup Mayapada itu bakal mengucurkan investasi Rp 500 miliar untuk membangun rumah sakit di wilayah perencanaan 1B IKN.
Dalam kunjungannya ke IKN pada awal Oktober, Tahir juga akan membangun asrama yang diperuntukkan sebagai asrama pekerja rumah sakit. Rencananya, peletakan batu pertama pembangunan rumah sakit dimulai 1 November 2023. Operasional perdananya diperkirakan pada Juli tahun depan.
Menelisik data Bursa Efek Indonesia (BEI), Dato Sri Tahir memiliki empat perusahaan tercatat. Salah satunya yaitu PT Sejahteraraya Anugerahjaya Tbk atau Mayapada Hospital (SRAJ) yang resmi melantai di BEI pada 11 April 2011 dengan harga saham Rp 120 per saham.
Emiten rumah sakit milik grup Mayapada itu masih mencatatkan kerugian Rp 41,95 miliar pada laporan kinerja paruh tahun 2023, dari sebelumnya yaitu Rp 23,99 miliar. Namun pendapatannya tercatat Rp 1,12 triliun hingga semester pertama dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 900,17 miliar.
Lalu bagaimana dengan kinerja sahamnya?
Berdasarkan data perdagangan sampai dengan pukul 11.37 WIB, harga saham SRAJ anjlok 2,56% ke level Rp 570 per saham dari perdagangan Jumat (13/6). Di awal perdagangan, sahamnya sempat naik di level Rp 605 per saham. Namun harus kembali ke zona merah dengan Rp 500 per saham sebagai level terendah.
Volume saham yang diperdagangkan tercatat 14,05 juta dengan nilai transaksi Rp 7,9 juta. Sementara itu, frekuensi perdagangannya tercatat sebanyak 547 kali. Sementara kapitalisasi pasarnya yaitu Rp 6,84 triliun.
Memantau laporan kinerja harga saham Mayapada Hospital pada 3 tahun meningkat 417,39%. Lalu kinerja harga saham secara year to date terkoreksi 9,16%. Kinerja harga sahamnya dalam sepekan terkoreksi 21,71%.
Berikut perusahaan tercatat lainnya milik Tahir dan keluarga serta kinerja sahamnya :
1. PT Bank Mayapada Internasional Tbk (MAYA)
Berdasarkan data perdagangan sampai dengan pukul 11.37 WIB, harga saham MAYA terkoreksi 0,41% ke level Rp 482 per saham dari perdagangan Jumat (13/6) yaitu 484.
Volume saham yang diperdagangkan tercatat 140,2 ribu dengan nilai transaksi Rp 68,45 juta. Sementara itu, frekuensi perdagangannya tercatat sebanyak 33 kali. Sementara kapitalisasi pasarnya yaitu Rp 5,7 triliun.
Dalam laporan kinerja harga saham Bank Mayapada pada 5 tahun anjlok 79,66%. Lalu kinerja harga saham secara year to date turun 7,31%.
2. PT Maha Properti Indonesia Tbk (MPRO)
Lalu harga saham MPRO terperosok 4,85% ke level Rp 2.550 per saham dari perdagangan Jumat (13/6). Bahkan sempat menyentuh Rp 2.500 sebagai level terendah dan Rp 2.710 di level tertinggi.
Volume saham yang diperdagangkan tercatat 32,7 ribu dengan nilai transaksi Rp 85,32 juta. Sementara itu, frekuensi perdagangannya tercatat sebanyak 98 kali. Sementara kapitalisasi pasarnya yaitu Rp 25,35 triliun.
Di laporan kinerja harga saham Maha Properti Indonesia pada 3 tahun menguat 253,02%. Lalu kinerja harga saham secara year to date tercatat naik 74,17%. Namun harga sahamnya dalam sepekan merosot 7,72%.
3. PT Sona Topas Tourism Industry (SONA)
Selanjutnya, harga saham SONA berada di level Rp 2.720 dengan kapitalisasi market Rp 900,86 miliar.
Di laporan kinerja harga saham Sona Topas Tourism Industry pada 3 tahun merosot 54,67%. Lalu kinerja harga saham secara year to date terpantau anjlok 38,18%. Namun harga sahamnya dalam sepekan terkoreksi 1,09%.