Laba Adaro Turun 35,9% Imbas Penurunan Harga Batu Bara
PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) membukukan laba bersih sebanyak US$ 1,21 miliar atau senilai Rp 19,44 triliun pada akhir September 2023. Laba tersebut merosot 35,96% dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 1,90 miliar atau senilai Rp 30 triliun.
Selain itu, pendapatan ADRO juga tercatat turun 15,76% menjadi US$ 4,98 miliar atau setara dengan Rp 79,44 triliun, dari periode yang sama sebelumnya sebesar US$ 5,91 miliar.
Secara rinci, pendapatan ADRO ditopang oleh penjualan batu bara yang tercatat sebanyak US$ 4,83 miliar atau Rp 77,15 triliun. Sementara segmen jasa pertambangan tercatat sebesar US$ 98,75 juta atau Rp 1,57 triliun. Lalu pendapatan lainnya sebanyak US$ 45,31 juta atau Rp 722,69 miliar per kuartal tiga 2023.
Presiden Direktur Adaro Energy Indonesia Garibaldi Thohir menyampaikan, kinerja model bisnis ADRO yang terintegrasi masih baik. Meskipun per kuartal tiga 2023 ADRO menghadapi penurunan harga dan tekanan biaya karena inflasi.
“Kami berada di posisi yang baik untuk mencapai target setahun penuh berkat dukungan eksekusi yang baik di setiap bisnis,” katanya dalam keterangan resminya, dikutip Rabu (1/11).
Sementara volume penjualan ADRO dan anak-anak perusahaannya pada sembilan bulan pertama tahun 2023 mencapai 49,12 juta ton atau setara dengan kenaikan 11% dari periode yang sama tahun lalu. Pencapaian ini selaras dengan target volume penjualan setahun penuh yang ditetapkan sebesar 62 juta sampai 64 juta ton.
Kemudian volume produksi naik 12% menjadi 50,73 juta ton, sementara volume pengupasan lapisan penutup naik 25% menjadi 217,43 Mbcm. Kemudian, nisbah kupas tercatat 4,29 kali selaras dengan target yang ditetapkan 4,2 kali hingga akhir 2023.