Meski Pendapatan Naik, AirAsia Indonesia Tetap Rugi Rp 1,29 Triliun
Emiten industri penerbangan, PT AirAsia Indonesia Tbk (CMPP) masih mencatatkan kerugian akibat peningkatan beban dan liabilitas perusahaan. Tercatat liabilitas emiten maskapai penerbangan ini mencapai Rp 15,16 triliun di semester I 2024.
Tercatat rugi periode berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk AirAsia mencapai Rp 1,29 triliun per Juni 2024. Angka tersebut membengkak 644% secara year on year (yoy) dari rugi periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 174,21 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan yang dikutip Selasa (6/8), pendapatan usaha Air Asia justru naik 24,1% menjadi Rp 3,78 triliun di tengah peningkatan angka kerugian. Pendapatan itu naik dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 3,04 triliun.
Secara rinci, pendapatan perusahaan ditopang dari pendapatan kursi penumpang sebesar Rp 3,2 triliun, bagasi Rp 437,44 miliar, pelayanan penerbangan Rp 81,34 miliar, dan lain-lain sebesar Rp 33,26 miliar.
Di samping itu, ada pendapatan kargo berkontribusi sebesar Rp 26,46 miliar. Namun bisnis charter tak membukukan pendapatan pada semester I 2024, padahal periode tahun lalu segmen charter berkontribusi sebesar Rp 12,80 miliar pada 2023.
Beban Kian Membengkak
Di samping kenaikan pendapatan, beban usaha Airasia juga kian membengkak 35,2% menjadi Rp 4,46 triliun pada semester I 2024. Terdiri bahan bakar sebesar Rp 1,77 triliun, perbaikan dan pemeliharaan Rp 770 miliar, pelayanan pesawat dan penerbangan Rp 493,34 miliar dan penyusutan Rp 448,52 miliar.
Tak hanya itu, beban tersebut juga dari kenaikan gaji dan tunjangan karyawan sebesar 12,7% menjadi Rp 337,31 miliar. Lalu beban pemasaran Rp 163,31 miliar, asuransi Rp 34,65 miliar, serta beban sewa pesawat Rp 28,94 miliar. Kemudian rugi selisih kurs dari kegiatan operasional sebesar Rp 319,45 miliar dan beban usaha lainnya Rp 95,66 miliar.
Dengan demikian, dengan beban usaha lebih tinggi daripada pendapatannya, rugi usaha CMPP pada semester I 2024 bengkak 166,7% menjadi Rp 686,50 miliar dari sebelumnya Rp 257,37 miliar pada periode tahun lalu.
Jika melihat dari sisi neraca, total aset perusahaan turun 2,4% menjadi Rp 5,97 triliun per Juni 2024. Kemudian total liabilitas atau utang Airasia kian melambung 8,2% menjadi Rp 15,16 triliun dari sebelumnya Rp 14,01 pada Desember 2023.
Tak hanya itu, defisiensi modal bersih Air Asia juga membengkak sebesar 16,4% menjadi Rp 9,19 triliun per Juni 2024 dari sebelumnya Rp 7,90 triliun pada Desember 2023.