Laba BNI Tumbuh 4% Menjadi Rp 19,81 Triliun hingga November 2024
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) mencatatkan kinerja keuangan yang positif hingga periode 30 November 2024. Laba bersih tahun berjalan tercatat sebesar Rp 19,81 triliun, meningkat 4% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp 19,04 triliun.
Mengutip laporan keuangan perseroan, Net Interest Income (NII) atau pendapatan bunga bersih BBNI pada periode ini mencapai Rp 35,62 triliun, mengalami penurunan sebesar 3,9% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2023 yang tercatat sebesar Rp 37,05 triliun.
Meskipun terjadi penurunan pada NII, kinerja laba tetap positif berkat efisiensi yang dilakukan di berbagai lini operasional. Salah satunya tercermin dari beban promosi yang tercatat mengalami penurunan menjadi Rp 778,80 miliar hingga November 2024, dibandingkan dengan Rp 819,26 miliar pada periode yang sama tahun 2023.
Di sisi lain, beban tenaga kerja pada periode hingga November 2024 tercatat sebesar Rp 11,55 triliun, naik 11% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat Rp 10,40 triliun.
Positifnya kinerja juga ditopang oleh sejumlah lini pendapatan, salah satunya komisi/provisi tercatat sebesar Rp 9,38 triliun, mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar Rp 9,28 triliun. Selain itu, pendapatan lainnya juga mencatatkan kenaikan signifikan, mencapai Rp 5,60 triliun hingga November 2024, dibandingkan dengan Rp 4,25 triliun pada periode yang sama tahun 2023.
Sementara itu, hingga kuartal III-2024 BBNI mencatatkan laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 16,3 triliun. Laba BNI naik 3,52% jika dibandingkan dengan laba kuartal tiga tahun lalu Rp 15,75 triliun.
BNI mencatatkan perbaikan kinerja terutama pada kuartal III 2024. Secara rinci, pendapatan operasional sebelum pencadangan atau PPOP mencapai Rp 8,8 triliun atau hampir menyentuh posisi tertingginya pada kuartal III tahun lalu sebesar Rp 8,9 triliun.
Pencapaian PPOP yang solid ini berasal dari kenaikan margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) maupun pendapatan non bunga. NIM perseroan naik 40 basis poin secara kuartalan menjadi 4,4% ditopang oleh perbaikan yield kredit maupun penurunan biaya dana.