Kapitalisasi Pasar Bukalapak Anjlok 89% Dibanding saat IPO
Kapitalisasi pasar Bukalapak anjlok 89% dari Rp 109 triliun saat mencatatkan saham perdana alias initial public offering (IPO) pada Agustus 2021 menjadi Rp 12,07 triliun pada hari ini (8/1), berdasarkan data RTI. Harga sahamnya juga turun 83,9% dibandingkan saat melantai di bursa efek.
Harga saham Bukalapak Rp 850 per lembar saat IPO pada 6 Agustus 2021. Harga saham emiten dengan kode BUKA itu kini di level Rp 119 per lembar pada 8 Januari 2025, pukul 10.10 WIB.
Saham Buka melemah 2,46% pada Rabu pagi (8/1) setelah perusahaan mengumumkan akan menutup bisnis e-commerce pada Selasa (7/1).
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menyampaikan PE atau Price to Earnings Ratio saham Bukalapak -17,6. Sementara itu, PBV alias Price to Book Value saham BUKA 0,5.
PE adalah rasio harga saham terhadap laba bersih per saham atau Earnings Per Share (EPS). Contohnya, jika harga saham perusahaan Rp 5.000 dan EPS Rp500, maka PE 10 kali.
PE yang tinggi bisa menunjukkan pasar memiliki ekspektasi tinggi terhadap pertumbuhan laba perusahaan ke depan. PE yang rendah dapat mengindikasikan saham yang undervalued, tetapi juga bisa menandakan risiko atau masalah dalam perusahaan.
PBV adalah rasio harga saham terhadap nilai buku per saham. Nilai buku dihitung dari total ekuitas dibagi dengan jumlah saham beredar. Jika harga saham Rp 5.000 dan nilai buku per saham Rp 2.500, maka PBV adalah 2 kali.
PBV di atas satu menunjukkan pasar menghargai perusahaan lebih tinggi dari nilai aset bersih. PBV kurang dari satu bisa menandakan saham undervalued.
Angka PVB saham Bukalapak turun dibandingkan perkiraan Analis Kiwoom Sekuritas Sukarno Alatas pada saat perusahaan IPO Agustus 2021. Merujuk pada data Bloomberg, Sukarno menilai PVB Bukalapak di kisaran 3,7 kali sampai 4,2 kali.
Perhitungannya didasarkan pada harga penawaran Rp 750 – Rp 850 per saham berbanding total ekuitas perusahaan per kuartal I 2021, ditambah raupan dana IPO sebelum dikurangi biaya lain-lain.
"Kalau melihat rata-rata dari perusahaan sejenis yang sudah IPO di luar negeri, masih di bawah. Artinya harga saham Bukalapak masih tergolong murah," kata Sukarno kepada Katadata.co.id, pada Desember 2021.
Namun jika dilihat dari rasio harga terhadap penjualan atau Price to Sales berada di kisaran 45,6 kali hingga 51,7 kali berbanding rata-rata unicorn lain 4,7 kali. Ini artinya, harga saham Bukalapak masih tergolong mahal.
Saat IPO pada Agustus 2021, Bukalapak meraup Rp 21,9 triliun atau yang terbesar di Indonesia. Rinciannya sebagai berikut:
Bukalapak menjadi unicorn atau startup dengan valuasi di atas US$ 1 miliar atau Rp 14 triliun pada awal 2018, namun pendiri Achmad Zaky menyatakan status ini diraih pada November 2017.
Perusahaan sebenarnya berambisi mengejar status decacorn atau valuasi di atas US$ 10 miliar pada 2019. Namun Bukalapak akhirnya berfokus untuk IPO dan terwujud pada Agustus 2021.